Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Diplomasi Susi "Golgo 13" Pudjiastuti

4 Juni 2018   04:12 Diperbarui: 4 Juni 2018   08:30 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam berbisnis, kalangan pengusaha Jepang mengenal konsep yang disebut shimrai atau dalam bahasa Indonesia artinya dasar untuk saling percaya dan tsukian (hubungan jangka panjang). 

Susi sudah memiliki itu di mata pengusaha Jepang.

Masyarakat Jepang yang dikenal kaku dan disiplin, terlihat berbeda saat berhadapan one on one bersama Susi. Cair, penuh canda dan hangat.

Bahkan style Susi yang disebut oleh Dubes Arifin selalu bersuara keras itu tidak mengubah gayanya saat bertemu mereka satu persatu. "Diplomasi Golgo 13,” begitu kata mereka berkelakar.

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Kepala Staf Presiden Moeldoko (kedua kiri) dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kedua kanan) ketika bersilaturahmi dengan nelayan di Istana Negara, Jakarta, Selasa (8/5/2018). Dalam silaturahmi guna mencari masukan dari nelayan tersebut, Presiden mengajak nelayan meninggalkan cantrang yang dapat merusak ekosistem air laut.
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Kepala Staf Presiden Moeldoko (kedua kiri) dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kedua kanan) ketika bersilaturahmi dengan nelayan di Istana Negara, Jakarta, Selasa (8/5/2018). Dalam silaturahmi guna mencari masukan dari nelayan tersebut, Presiden mengajak nelayan meninggalkan cantrang yang dapat merusak ekosistem air laut.
Tapi tentu pekerjaan rumah terbentang lebar. Membangun maritim tidak lepas dari pembangunan daratan di sekitarnya. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu haruslah dibangun dengan fasilitas penunjang yang juga memiliki nilai ekonomi.

Di tengah rehat usai pertemuan dengan para pengusaha, Susi mendengar kabar soal BPK yang memberi penilaian “disclaimer” atas temuan di Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Baca juga: KKP Dapat Disclaimer dari BPK dan Keheranan Menteri Susi

“Saya tidak habis pikir. Saya sudah menerangkan berkali-kali bahkan bertanya di mana salah kami. All we try,” kata Susi dengan nada suara menahan sesuatu.

Penilaian BPK ini berbeda dengan Laporan Kinerja Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) yang diadakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Kementrian KKP selama 5 tahun berturut-turut mendapat nilai A sejak 2013 sampai dengan 2017.

LAKIP merupakan penilaian atas kinerja yang dicapai instansi pemerintah atas pelaksanaan program yang dibiayai APBN/APBD. Ini menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan akuntabilitas penggunaan anggaran.

“Mengapa? Apa yang KKP capai tidak dianggap?” tanya Susi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun