Tidak hanya itu, ajakan berinvestasi perusahaan perikanan Jepang juga bagian dari strategi menjaga geopolitik Indonesia, baik secara politik maupun ekonomi Indonesia.
Kita tentu mahfum bahwa tidak elok membiarkan kawasan maritim Indonesia didominasi oleh investor asing dari satu negara saja. “The more is the merrier,” begitu istilah dalam bahasa Inggris.
Usaha Susi bukan tanpa kendala. Mengajak pengusaha Jepang berinvestasi di tengah disinformasi tentang sebuah kebijakan bukan perkara membalikkam telapak tangan.
Baca juga: Menteri Susi Ajak 83 Pengusaha Jepang untuk Investasi di Indonesia
Selalu saja ada yang “memperkuruh” keadaan. Misalnya, Kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan yang melarang kapal asing ikan tangkap berdampak juga pada kapal-kapal Jepang yang menggunakan trawl dilarang masuk perairan Indonesia.
Hal yang lumrah juga jika pengusaha yang terkena dampak kebijakan akan membangun solidaritas antar sesama pengusaha lainnya. Namun Susi tidak kehilangan argumentasinya. Ia meyakinkan pengusaha Jepang bahwa ini bukanlah berita buruk untuk mereka, justru sebaliknya.
“Kalaupun saya membuka kembali izin ini, Anda (investor Jepang) tidak akan untung besar. Kapal-kapal Anda akan kalah jauh jumlahnya dari China yang memiliki ribuan kapal tangkap,” jelasnya.
Baca juga: Ke Jepang, Susi Promosikan Peluang Investasi di Sektor Perikanan
“Bisnis yang baik adalah bisnis yang memastikan sustainability. Bisnis yang baik bukan tentang greed (kerakusan) yang hanya mengejar keuntungan sesaat.
Jepang dan Indonesia memiliki nilai yang sama yaitu memastikan keuntungan yang kita dapat tidak menggangu keseimbangan alam,” kata Susi saat bicara di depan para pengusaha perikanan Jepang.