Persoalannya penghayat kepercayaan tidak hanya yang tergabung di 187 itu, tapi ada juga yang perseorangan itu jumlahnya banyak.
Nah, sekarang itu jadi agenda yang perlu segera dilakukan pendataan terhadap mereka yang perseorangan ini.
Karena jangan sampai yang perseorangan ini ada masalah lagi terkait pelayanan oleh pemerintah. Tidak dilayani administrasi kependudukannya.
Ada MLKI sebagai stakeholder, Majelis Luhur Kepercayaan kepada Tuhan YME Indonesia. MLKI wadah organisasi yang terdaftar.
MLKI dibentuk juga atas dasar rekomendasi dari seluruh organisasi penghayat kepercayaan melalui kongres kepercayaan.
Sudah ada di program untuk mendata para penghayat perseorangan, sehingga jumlahnya para penghayat itu bisa lebih dari 11 juta orang.
Kami minta MLKI buat program itu kerjasama dengan MLKI kabupaten/kota. Ini baru mulai, baru tahun ini. Tujuannya jangan sampai penghayat yang perseorangan tidak dilayani oleh mereka.
Pemerintah menggandeng MLKI karena tidak mungkin kalau harus membina satu-satu. Pembinaannya kepada organisasi penghayat, ya melalui MLKI. Tapi di luar organisasi yang tergabung di MLKI itu juga tetap dapat hak yang sama, misalnya layanan pernikahan dan pendidikan.
Pembinaan organisasi penghayat seperti apa?
Kegiatan pembinaan meliputi: pembinaan generasi muda penghayat, pemberdayaan perempuan penghayat, pembinaan managemen organisasi penghayat kepercayaaan, peningkatan SDM penghayat, sosialisasi perundangan dalam upaya mendapatkan layanan (layanan pendidikan dan hak-dasar dasar lainnya) internalisasi nilai-nilai kepercayaan, inventarisasi dan dokumentasi.
Pengawasan kepada penghayat agar mereka tidak melenceng menyembah selain Tuhan?
Tidak ada yang melenceng, belum pernah ada, artinya sesat. Tidak ada. Kita sering adakan sarasehan di daerah, ketemu semua, ketemu sesepuhnya, ada generasi mudanya, ada perempuan penghayat ya, ada pengurusnya. Semacam pertemuan selalu ada, komunikasi itu selalu ada. Kami sebetulnya tidak ada pengawasan, apa yang mau diawasi?
Dari 187 itu harus saya sampaikan, 187 itu tidak pure yang keyakinannya kepada Tuhan YME. Ada yang pure, ada yang multikultur campur-campur. Mereka itu sebenarnya juga beragama, tapi masih melaksanakan budaya spiritual, kekayaan rohaniah bangsa Indonesia.