Akhirnya ia bertekad untuk melaksanakan resepsi tanpa kehadiran keluarga Xiao. Toh, pestanya juga kecil-kecilan. Hanya mengundang beberapa teman kantor dan keluarga kecil Lingga.
Alhasil dalam sebulan semua persiapan selesai. Resepsi pernikahan dijalankan dengan khidmat, meskipun dengan restu ibunda yang telat. Malam pertama dijalani dengan indah, kamar rumah kontrakan menjadi saksi kisah cinta sejati berdua.
Selama seminggu menjadi pengantin baru, sungguh hidup yang selama ini Aweng idam-idamkan. Ditemani istri cantik yang setia menemani.
Hingga kejadian di malam itu membuat Aweng terperangah.
"Kamu sudah beristri," sambut Lingga dengan wajah lesu dan mata yang bersembab air mata, membuat Aweng terbisu.
"Kenapa kamu tidak jujur padaku, Koh."
"T-Tapi, Lingga. A-Aku...." Aweng tidak mampu melanjutkan kata-katanya karena ia memang sudah beristri. Namun, bukan itu yang membuatnya kalut. Tapi, bagaimana istri barunya ini tahu tentang masa lalunya.
"Ia cantik, Koh. Ia cantik." Ujaran Lingga membuat Aweng semakin bergidik. Bagaimana ia bisa tahu? Apakah ia pernah ke kamarnya dan bertemu dengan istrinya.
"Ia datang kemari. Ia mengetuk pintu. Lalu, dengan sabar ia perkenalkan dirinya sebagai istrimu."
Aweng benar-benar tidak habis berpikir. Bulu kuduknya sontak berdiri, seiring dengan keringat dinginnya yang mengucur deras.
"D-Dimana ia sekarang""