Dan, sedikit banyak penggambaran itu saya sertakan dalam karakter si Arundaya. Seperti apa? Silahkan dibaca jika novelnya sudah terbit ya. Bisa dibeli di toko buku Gramedia terdekat di kota Anda.
Pertanyaan selanjutnya yang juga tidak kalah menggelitik. Mengapa orang Tionghoa menggunakan sistem lunisolar ini? Kenapa tidak lebih sederhana saja dengan mengadopsi salah satu sistem. Lunar atau solar.
Itu karena orang Tionghoa adalah masyarakat agraris, dimana pergantian musim sangat penting untuk menentukan waktu menanam dan memanen. Termasuk jenis tanaman apa yang cocok ditanam pada musim yang berbeda.
Kendati demikian, masyarakat Tionghoa juga tidak bisa mengabaikan fakta bahwa bumi, bulan, dan matahari bergerak dalam sebuah sistem rotasi yang sama. Singkatnya, penggunaan sistem Lunisolar sama seperti mendamaikan rotasi matahari dan bumi terhadap bumi.
Oleh karena itu, tidak heran jika kita menemukan inkonsistensi dalam penentuan hari besar atau festival penting China.
Seperti yang kita ketahui, setiap tahun tanggal imlek berubah-rubah. Sistem ini mengadopsi sistem lunar. Namun, ada festival yang jatuh pada setiap tanggal 4 atau 5 April setiap tahunnya, yaitu festival Chen-beng. Alias Festival Ziarah Kubur.
Begitu juga dengan Dongzi atau yang lebih kita kenal sebagai Festival Ronde. Perayaannya setiap tanggal 21 atau 22 Desember setiap tahunnya. Kedua festival ini lebih banyak mengadopsi sistem solar (matahari) sebagaimana yang berlaku pada kalendar Gregorian.
Mengapa demikian? Jangan tanya kepadaku. Saya juga belum sepenuhnya paham.
Serba-Serbi Lun Gwee.
Tahun ini, kami bersaudara memasakkan ayah dan bunda Misoa pada saat bulan kabisat berlangsung. Itu terkait kepercayaan kuno, bahwa periode bulan kabisat akan 'mencuri" usia orangtua, sehingga bisa memperpendek umur.