Untungnya, pak Haji Nurdin pulang tepat waktu. Yakni pada saat mama Sinsabar sedang dibawa lari ke rumah sakit. Keluarga Sinsabar berpapasan dengan rombongan pak Haji yang barusan pulang umroh. Sontak saja si Engkong berjingkrak-jingkrak kegirangan. Tanpa membuang waktu lagi, ia segera berlari menghampiri Pak Haji, sahabatnya.
"Pak Haji, owe minta nama untuk cucu pertamaku."
"Sek... Sek... Seng Sabar yo."
"Haiya.... Kamsia, kamsia, Pak Haji." Ujar si Engkong sambil berlari mengejar becak yang membawa menantunya ke rumah sakit. Dari sanalah nama Sinsabar berasal. Lengkap dengan nama marga Tionghoanya; Marga Yo. Menjadikan nama lengkapnya sebagai; Sinsabar Yo.
Akan tetapi, di dalam akte kelahirannya, Yo tidak digunakan. Selain karena si Engkong lupa mendaftarkannya di catatan sipil, ia juga beralasan bahwa nama marga seharusnya tertera pada inisial tiga huruf. Yo Siong Chuang.
Meskipun ia tahu jika namanya didapatkan dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, Sinsabar tidak terlalu menyukai namanya. Ia tahu, nama itu berasal dari kecelakaan perspektif. Sinsabar lebih senang orang-orang memanggilnya dengan nama kecilnya; Chuang.
Tapi bukan hanya Chuang saja. Kalau mau lebih lengkap, bisa juga Chuang Bali.
"Kenapa?" Itu gegara Leak.
Ya, benar. Leak, makhluk jejadian yang selalu menemaninya bermain bersama anak-anak tetangga di kompleks perumahannya. Saat ia kecil dulu, Chuang sangat identik dengan baju longgar bewarna putih. Lengkap dengan gambar Leak dan tulisan Bali. Jadilah, Chuang Bali.
Itu pun karena Chuang Leak terdengar menyeramkan.
Tunggu dulu. Itu adalah kisah 38 tahun yang lalu. Apakah yang terjadi saat ini di dalam Rumah Bakmi Hao? Mamanya sedang misuh-misuh. Dan, Chuang yang menjadi sasaran. Mamanya tahu jika sebentar lagi imlek akan tiba. Artinya, sebentar lagi putra tunggalnya akan genap berusia 40 tahun.