Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sesuatu yang Hilang Dari Aksi Viral Dalai Lama

14 April 2023   06:43 Diperbarui: 15 April 2023   07:42 2299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesuatu yang Hilang dari Aksi Viral Dalai Lama, "Isap Lidahku" (gambar: kompas.com)

Jujur, saya kehilangan itu.

Lalu, saya menilik lebih tajam lagi. Melihat jauh ke dalam, meraba-raba bagaimana suasana batinku saat menuliskan artikel sebelumnya.

Ada kebencian!

Bukan benci dalam arti emosi yang meluap-lupa. Tapi, penolakan atas sikap tidak biasa dari Dalai Lama. Bagi saya yang tinggal di Indonesia, mengisap lidah bocah adalah hal yang tidak pantas. Demikian pula pendapat dari seluruh rangkaian "hujatan" yang beredar di dunia maya.

"Itu salah," kata mereka dari kacamata norma yang berlaku umum.

Dan, setelah saya pertimbangkan lebih dalam lagi. Saya semakin yakin jika saya benar. Saya merasa pemikiran saya benar. Itu karena ada pemicunya. Berasal permintaan maaf dari Dalai Lama.

Sebuah proses kognitif yang primitif. Jika salah, maka harus minta maaf. Jika sudah minta maaf, artinya sudah melakukan kesalahan.

Lebih dalam lagi, permintaan maaf adalah sebuah kemewahan di dunia modern ini. Para pejabat yang korup tidak akan minta maaf, meskipun sudah berbuat salah. Atau, mungkin mereka dilatih demikian. Karena permintaan maaf akan menunjukkan kelemahan. Berakhir dengan hukuman.

Dengan tendensi seperti itu, saya mencoba untuk melihat dari sisi yang berbeda. Bagaimana jika Dalai Lama meminta maaf bukan karena kesalahannya. Bukan berarti beliau tidak melakukan kesalahan.

Tapi, meminjam pandangan monistik dari teman-teman agama lain. Bahwa ada Nabi, orang suci, atau juru selamat di dunia ini yang mengambil alih kesalahan manusia melalui pengorbanan yang besar.

Saya cukup terkesima dengan sekelebat pemikiran yang menghampiriku pada pagi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun