Uniknya, dalam beberapa kesempatan, si Hitam ini juga seringkali digunakan sebagai tolak bala untuk mengusir kekuatan roh jahat. Para pendeta Tao yang ingin membersihkan tempat yang dipenuhi kekuatan iblis, biasanya meminta bantuan dari si Barongsai Hitam untuk melaksanakan tugasnya.
Tarian Barongsai tidak terjadi begitu saja. Seperti yang sudah saya sebutkan, bahwasanya nenek moyang orang Tionghoa sangat terkagum-kagum dengan kemunculan hewan Singa dari arah Barat.
Syahdan setelahnya banyak orang yang mempertunjukkan tarian dengan mengikuti gerakan singa. Sontak tarian tersebut menjadi populer dan digemari oleh banyak orang. Kejadian ini berlangsung pada abad ke-3 Sebelum Masehi dan menjadi asal muasal tarian Barongsai yang legendaris dan terus bermanifestasi hingga menjadi tarian modern seperti yang kita kenal di masa kini.
Menarik bukan? Akan tetapi, saya masih bingung dengan jenis Barongsai yang berbeda dari biasanya. Modelnya terlihat seperti anjing karena kostumnya yang menyatu. Bulunya lebih lebat, didominasi oleh warna kuning dan merah. Gerakannya juga tidak selincah Barongsai biasa. Tidak melompat kiri-kanan, atau memanjat tiang tinggi untuk meraih angpao.
Jenis ini lebih sering terlihat bermain akrobat, seperti berjalan di atas bola besar atau pada seutas tambang. Ia juga sering terlihat bermain bersama pasangannya yang berkostum pendekar dan melakukan gerakan atraksi Wu-shu. Biasanya pasangan mereka itu juga memegang bola atau kipas untuk membimbing si Barongsai.
Nah, ternyata di negara asalnya jenis Barongsai ini disebutkan sebagai aliran Klan Utara. Dan di Indonesia, disebut sebagai Pekingsai. Sementara Barongsai yang kita kenal adalah aliran Klan Selatan.
Perbedaan lainnya lagi adalah jenis Pekingsai biasanya dipertunjukkan untuk keluarga kerajaan atau bangsawan. Sementara Barongsai lebih diperuntukkan sebagai tontonan rakyat jelata.
Demikianlah serba-serbi menarik dari Barongsai beserta warna-warninya yang (mungkin) belum banyak dipahami.
Semoga Bermanfaat.
Â
**