Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mantra Master Fengshui, Pembawa Petaka Tragis

7 Desember 2022   19:09 Diperbarui: 7 Desember 2022   19:18 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantra Master Fengshui, Pembawa Petaka Tragis (gambar: listverse.com, diolah pribadi)

"Koh, kayaknya kita undang master Fengshui deh. Ini ada suhu Liem, dia sedang naik daun, katanya konglomerat A juga pakai jasanya, dan lebih hebatnya lagi..."

"Ah sudah kubilang berulang kali, rumah ini tidak berhantu!!!" Afung selalu tidak sabaran jika istrinya Mei-ling mulai menyinggung hal-hal mistis yang berada di rumah baru mereka.

Afung dan Meiling adalah sepasang suami istri yang sudah menikah cukup lama. Selama ini mereka hidup berbahagia. Afung adalah seorang pengusaha, sementara Mei-ling istrinya memilih untuk mengurus sebuah perusahaan multi nasional.

Bukannya ia tidak mau membantu usaha suaminya. Baginya, Afung punya kemampuan untuk mengelola usaha yang sudah digeluti sejak lama, bahkan sebelum mereka menikah.

Selain itu, Mei-ling juga merasa sayang jika posisi puncaknya harus diberikan kepada orang lain. Bukannya karena Mei-ling takut kehilangan pekerjaan. Tapi  karena perusahaan tempatnya bekerja adalah milik keluarganya.

Iya, Mei-ling adalah putri tunggal seorang konglomerat. Dari sisi pendapatan tentu saja menang jauh dari toko sparepart Afung. Tapi, itu bukan halangan, keharmonisan tetap berjalan tanpa beban. Perbedaan status bukanlah halangan.

Banyak juga yang menilai jika mereka adalah pasangan serasi. Meskipun belum dikaruniai anak, mereka selalu kompak.

Meiling adalah wanita perfeksionis. Di usianya yang sudah kepala tiga, ia masih tampil mempesona. Tidak kalah dengan bawahannnya yang belum menikah. Sementara Afung adalah tipe lelaki pendiam, tidak banyak bicara, tetapi ramah dan sopan kepada semua orang.

Hingga mereka pindah ke rumah baru yang lebih besar. Berlokasi di pelosok, hanya sekitar 25 menit dari pusat kota. Itu karena adanya jalan tol yang baru saja dibangun pemerintah.

Di lingkungan yang baru itu, belum banyak penghuninya. Hanya sebuah rumah di ujung kompleks, dan tiga rumah di bagian dalam. Maklum, kompleks perumahan itu masih tergolong baru.

Tapi, justru itulah yang disenangi oleh pasutri itu. Asri, tenang, jauh dari kesan hiruk pikuk seperti di rumah lama mereka.

**

Afung kena musibah. Ia tergoda untuk menggarap bisnis tambang dari seorang kawan yang sukses. Hampir semua modal usahanya dihabiskan untuk itu. Membayangkan cuan bermiliar-miliar, apa daya modalnya terkuras. Afung sampai susah membayar utang.

Akhirnya ia memutuskan untuk menjual tiga unit ruko tempat usahanya. Lebih baik kehilangan pekerjaan, daripada terus-terusan ditagih utang.

Lagipula masih ada tabungan, cukup untuk pensiun. Plus gaji Mei-ling sebagai direktur yang tergolong besar. Belum termasuk pembagian dividen tahunan yang luar biasa. Syahdan, Mei-ling pun menjadi tulang punggung keluarga.

Hari demi hari berlalu, Afung yang terbiasa sibuk, mulai bosan dengan statusnya sebagai pengangguran. Walaupun Mei-ling mengajaknya masuk ke perusahaannya, Afung tidak mau. Ia tidak mau jadi bawahan istrinya.

Afung juga bukannya bersyukur kepada Mei-ling yang masih bekerja, ia malah selalu cemburu dengan status perlente istrinya. Direktur Utama perusahaan besar yang memimpin ratusan karyawan.

Tapi, Afung punya alasan. Kecemburuannya berdasar. Seorang manajer di kantornya terlalu sering menghubungi Mei-ling. Alex, sarjana S2 lulusan luar negeri. Gagah, atletis, dan berprestasi.

Mei-ling pernah mengaku jika ia tidak bisa bekerja tanpa Alex. Secara professional, Alex adalah tangan kanan Mei-ling yang mengeksekusi semua idenya.

Tidak heran jika mereka berdua terbiasa mengobrol hingga tengah malam. Tak jarang juga Mei-ling tertawa terbahak-bahak. Di mata Afung, sikap istrinya itu tiada bedanya dengan seorang gadis yang sedang dimabuk asmara.

Mei-ling juga tidak segan-segan meminta izin kepada suaminya, untuk pergi bersama Alex menemui pelanggan atau supplier luar negeri. Bagi Mei-ling, hubungannya dengan Alex murni profesional. Tapi, bagi Afung itu hanya alasan saja. Ditambah lagi dengan perasaan bosan yang membuncah, Afung semakin sering mencari masalah dengan Mei-ling.

"Makanya kamu selalu jaga penampilan. Biar bisa cari gigolo untuk ditiduri," teriak Afung suatu hari pada saat Mei-ling pulang kerja di tengah malam.

Tapi, Mei-ling sangat mencintai suaminya, sehingga ia tidak membalas makian Afung, sedikit pun. Sejak Afung memutuskan berhenti bekerja, Mei-ling tahu semua konsekuensi yang harus ia terima. Termasuk makian-makian Afung yang tak berdasar.

Mencoba segala cara, bersabar sepertinya tidak akan menyelesaikan masalah. Jika cobaan belum juga berakhir, maka bantuan ghoib mungkin harus terpikir. Namun apa daya, Afung tidak pernah mau percaya dengan fengshui yang ia anggap sebagai takhyul.

Rencana pun disusun. Mei-ling menunggu hingga Afung pergi bermain golf. Diundanglah Master Liem, harga mahal bukanlah masalah.

Master Liem bukan suhu biasa. Ia jago Fengshui yang juga punya mata ketiga. Konon bisa melihat yang tak kasat mata.

"Benar dugaanku, rumah kamu tidak bagus. Di bawah lantai ini, ada kuburan keramat..." Master Liem membuka percakapan.

"Apakah bisa disingkirkan, Master?" Mei-ling berujar lirih.

"Bisa, jahat dilawan jahat..."

"Maksudnya, Master?" Mei-ling tidak mengerti perkataan si tua Liem itu.

"Maksudnya begini nak, kamu harus memasang mantra untuk melindungi rumah ini dari energi jahat. Apakah kamu setuju?" tanya si Master

Mei-ling merasa dirinya tidak punya pilihan, ia terlanjur memercayai Master Liem. Tentu, sarannya juga. Ia hanya mengangguk perlahan.

Tapi, menanam jimat ini di bawah rumah bukan solusi satu-satunya. Kamu dan suamimu juga harus meminum ramuan ini," ujar Liem sambil mengeluarkan dua bungkusan berwarna coklat.

"Ini untuk mengusir arwah jahat yang telah merasuki suamimu, paham!"

Mei-ling kembali hanya bisa mengangguk perlahan.

**

Master Liem memang jago. Afung suaminya berubah 180 derajat. Tidak lagi cemburu dengan Alex. Tidak lagi membatasi gerak-gerik Mei-ling. Sekilas ia bagaikan seseorang yang betul-betul baru.

Tapi, di sisi lain Mei-ling juga merasakan perubahan pada dirinya. Ia merasa lebih enerjik, tidak pernah merasa capek. Dan bukan hanya itu saja, Alex bawahannya juga terlihat semakin menarik.

Akhirnya kejadian itu terjadi... Mei-ling yang sudah setengah mabuk menemani pembeli dari luar negeri, memutuskan untuk menginap di hotel tempat pertemuan. Alex menemaninya sedari pagi, hingga menjelang subuh. Di atas tempat tidur tanpa sehelai kain di badan mereka berdua.

Bukannya menyesal, Mei-ling bahkan terang-terangan menceritakan detil percintaannya kepada suaminya. Mengherankan! Afung hanya tertawa dan terlihat kegirangan.

Sejak saat itu, Afung kembali "normal" lagi. Seharian ia hanya duduk di depan televisi sambil tertawa terbahak-bahak, bahkan jika sedang menonton reportase kriminal sadis.

Adapun Mei-ling, hubungannya semakin akrab dengan Alex. Benar-benar seperti sepasang muda-mudi yang di mabuk asmara.

**

Beberapa tahun yang lalu, seorang lelaki masuk ke dalam kantor HRD. Ia bermaksud melamar pekerjaan sebagai manajer di perusahaan tersebut.

Setelah mewancarai si pemuda, HRD menanyakan pertanyaan terakhir, "Apa keinginan terbesarmu bekerja pada perusahaan kami?"

"Saya ingin banyak belajar dari direktur perusahaan ini, sudah lama saya mengaguminya," jawab sang pemuda.

Si ibu HRD terdiam sejenak, kembali melihat CV yang berada di tangannya."Oh ya, namamu Alex L. Bisa tahu kepanjangan dari nama belakangmu?" si HRD kembali bertanya.

"Oh, itu adalah nama belakang ayah saya."

"Siapa ayahmu? Apakah dia mengenal ibu direktur?" tanya HRD.

"Tidak, sepertinya. Ayah saya adalah seorang konsultan. Tepatnya konsultan Fengshui terkenal. Orang memanggilnya Master Liem."

**

Acek Rudy for Kompasiana

Disklaimer: Kisah ini hanya fiksi, kemiripan nama dan tempat hanya kebetulan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun