"Makanya kamu selalu jaga penampilan. Biar bisa cari gigolo untuk ditiduri," teriak Afung suatu hari pada saat Mei-ling pulang kerja di tengah malam.
Tapi, Mei-ling sangat mencintai suaminya, sehingga ia tidak membalas makian Afung, sedikit pun. Sejak Afung memutuskan berhenti bekerja, Mei-ling tahu semua konsekuensi yang harus ia terima. Termasuk makian-makian Afung yang tak berdasar.
Mencoba segala cara, bersabar sepertinya tidak akan menyelesaikan masalah. Jika cobaan belum juga berakhir, maka bantuan ghoib mungkin harus terpikir. Namun apa daya, Afung tidak pernah mau percaya dengan fengshui yang ia anggap sebagai takhyul.
Rencana pun disusun. Mei-ling menunggu hingga Afung pergi bermain golf. Diundanglah Master Liem, harga mahal bukanlah masalah.
Master Liem bukan suhu biasa. Ia jago Fengshui yang juga punya mata ketiga. Konon bisa melihat yang tak kasat mata.
"Benar dugaanku, rumah kamu tidak bagus. Di bawah lantai ini, ada kuburan keramat..." Master Liem membuka percakapan.
"Apakah bisa disingkirkan, Master?" Mei-ling berujar lirih.
"Bisa, jahat dilawan jahat..."
"Maksudnya, Master?" Mei-ling tidak mengerti perkataan si tua Liem itu.
"Maksudnya begini nak, kamu harus memasang mantra untuk melindungi rumah ini dari energi jahat. Apakah kamu setuju?" tanya si Master
Mei-ling merasa dirinya tidak punya pilihan, ia terlanjur memercayai Master Liem. Tentu, sarannya juga. Ia hanya mengangguk perlahan.