Ia berdiri di sana, tidak bersuara, tanpa ekspresi.
Semua yang hadir terdiam. Wajah Risha yang ceria, bukanlah pokok perhatian mereka. Melainkan sosok yang berdiri di samping Risha. Bagaikan cermin, ia mengikuti semua gerakan Risha. Setiap detil, tanpa sedikit pun kesalahan.
“Rii…s,” Joan tergugup. Tangannya menunjuk ke arah Risha.
“Ada apa sih Joan,” Risha memandang ke kiri, kanan, dan belakangnya. Kosong, tidak ada sesuatu pun di sana.
“Haaaannnn… tuuu…..!” Suara terdengar menakutkan. Semuanya berlari kencang meninggalkan ruang perpustakaan, termasuk Risha.
Wajah pucat pasi dan napas yang tersengal-sengal. Semua kawan-kawan Risha mengkerubutinya. “Loe kagak lihat? Ada setan yang mirip kamu, Ris…”
Risha terdiam. Jika dulunya ia tidak percaya, kini ia menjadi saksi dari sebuah kisah horor. Meskipun ia tidak bisa melihatnya, tetapi ia tahu, Sopi kembali. Dan itulah pesan yang ingin disampaikan oleh Satria, kekasihnya.
Risha berjalan gontai keluar kampus. Menuju ke jalan utama tempatnya biasa mencegat kendaraan umum. Suasana sepi, alam rela menyendiri.
Langkah Risha terpaku. Sesosok wajah yang ia rindukan berada di situ.
“Sa… Satria,” air mata Risha mulai berlinang. Tapi, hanya sesaat saja, ketika ia sadar Satria tidak sendiri. Ada dirinya di sana, menggandeng tangan kekasihnya. Mereka tampak bahagia, meskipun tidak ada ekspresi yang tersirat.
Dua puluh tahun yang lalu…