Hingga akhirnya, ibunya memutuskan untuk pindah dari sana, menyusul ke kota tempat ayah Risha berdinas.
**
Risha terkejut, ia merinding bertemu dengan Ade dan teman kampus lainnya yang juga berkunjung ke rumah duka.
“Ris, lho kamu di sini. Tadi aku sempat ketemu kamu di depan rumah lho,” sapa Ade.
Tidak ada yang peduli, karena memang suasana seharusnya khusyuk. Tidak rusuh, sebagaimana perasaan di dalam hati Risha yang saat itu langsung bergemuruh.
“Hati-hati Sopi,” pesan teranyar dari Satria, baru saja beberapa saat yang lalu. Sopi jelas adalah nama kecil Risha yang sudah lama terabaikan. Pantas dilupakan, membawa kisah suram dari masa lalu. Hanya Risha yang tahu seperti apa itu.
**
Kejadian aneh semakin banyak terjadi. Beberapa hari setelah kematian Satria, semakin banyak teman yang mengaku bertemu dengan Risha di tempat berbeda.
Risha tidak mau menerima kenyataan. Ia berusaha berpikir positif, berkata jika ada dopelgaengger, orang lain yang mirip dengannya. Konon setiap orang punya tujuh “kembaran” seperti itu di dunia ini.
Hingga suatu hari…
Risha sedang duduk di perpustakaan kampusnya. Ia berkumpul bersama beberapa teman untuk membahas grup project tugas kuliah. Hari menjelang maghrib, ketika samar-samar terlihat sesosok tubuh muncul dari belakang Risha.