Secara probabilitas, ramalan-ramalan tersebut masih on-the-track. Brazil, Argentina, Prancis, dan Inggris masih melaju ke babak 16 besar.
Sayangnya, ramalan adalah ramalan hingga menjadi kenyataan. Meskipun banyak yang sesumbar jika teorinya terbukti akurat, namun setelah 16 besar Piala Dunia 2022, sudah banyak yang meleset.
Sebutkanlah perhitungan dari Opta Analysist. Perusahaan data olahraga dengan super komputernya. Ramalannya salah dalam memprediksi Jerman yang ia sebut akan masuk dalam babak 8 besar.
Begitu pula para ilmuwan dari Universitas Oxford. Dengan menggunakan teknik perhitungan algoritma berdasarkan ELO Rating, para peneliti tersebut memprediksi bahwa Belgia akan berhadapan dengan Brazil di babak final. Tentu salah.
Perusahaan riset Nielsen juga demikian. Model Grace Note yang mereka besut diklaim mampu mengkalkulasi seluruh pertandingan internasional sejak 2018 hingga yang teranyar. Hasilnya? Tidak terbukti benar karena Prancis disebutkan tidak akan lolos ke babak 16 besar.
Para bandar judi lebih fatal lagi. Dengan super komputer SBK yang diklaim canggih, mereka memprediksi bahwa pada fase grup, Jepang, Polandia, Amerika Serikat, Ghana, Serbia, Kamerun, dan Kanada sudah pasti terhenti. Nyatanya dari 8 negara tersebut, hanya Serbia, Kamerun, dan Kanada saja yang tidak lolos.
Bagaimana dengan dunia Ghoib? Zae anak indigo asal Indonesia secara mengejutkan mengatakan bahwa Senegal adalah salah satu dari tiga bakal kampiun juara. Kelihatannya masuk akal, tetapi ia sudah terbukti salah dengan meramalkan bahwa Jerman juga berada di posisi tiga besar.
Apa yang terjadi?
Adalah Joachim Klement. Ia adalah seorang pakar analisis dari Liberium Capital, Lembaga keuangan yang berbasis di London. Joachim mampu dengan tepat memprediksi pemenang Piala Dunia 2014 dan 2018. Tapi ia mengatakan jika teknik analisisnya hanya mengandalkan 45% peluang. Sisanya 55% adalah faktor acak, lebih kepada keberuntungan.
Lalu, jika pada akhirnya para pakar tahu bahwa pertandingan sepak bola susah diprediksi, mengapa masih tetap saja ngotot mengeluarkan ramalan?
FIFA memperkirakan ada sekitar 5 miliar orang yang menonton Piala Dunia. Ini bukan hanya soal jumlah, tetapi juga pasar yang besar. Mengeluarkan analisis juara dunia, bukan lagi tentang reputasi, tetapi bagaimana mengarahkan seluruh mata menuju kepadanya