Praktik meditasi umum dipahami sebagai kegiatan berdiam diri, duduk bersila, dan memperhatikan napas masuk keluar. Tujuannya untuk mencari ketenangan, dan menjaga pikiran agar tidak mengembara kemana-mana.
Prinsip utamanya adalah hidup saat ini, senantiasa berkesadaran bahwa apa yang lalu tidak bisa kembali dan masa depan bukanlah hal pasti.
Manfaatnya banyak, yang terutama agar emosi negatif tidak mudah bermuculan, sehingga kesedihan, penyesalan, kekhwatiran tidak terpelihara. Lebih lanjut lagi, akar-akar keburukan juga terkikis, seperti keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan ketidakbijaksanaan (moha).
Meditasi adalah melatih pikiran kembali ke asalnya, yakni saat ini. Melalui perhatian penuh kepada aliran napas keluar masuk. Lama kelamaan, kebiasaan ini akan membuat kita lebih eling, fokus, sehingga tidak gegabah dalam bertindak.
Dengan demikian potensi diri akan berkembang dan kita akan dijauhkan dari hal-hal buruk yang menimpa kita. Intinya, meditasi itu bukan sulap bukan sihir.
Meditator hanya perlu tahu, bahwa segala sebab akibat berasal dari diri sendiri. Kemalangan, kebahagiaan, bukanlah faktor yang berasal dari luar sana. Tidak perlu dipermasalahkan.
Segala sesuatu bersumber dari pikiran, oleh karenanya seseorang yang dapat menjadi lebih terampil jika pikiran tidak mudah labil.
**
Tulisan ini saya simpulkan dari beberapa tulisan tentang meditasi oleh para sahabat di komunitas Mettasik. Saya yang bukan praktisi tentu akan lebih mudah memahaminya secara teori.
Dan tulisan ini juga kemudian menepis semua anggapanku terhadap proses meditasi. Sewaktu kecil, saya terlalu sering membaca cersil Kho Ping Ho. Konon para pendekar sakti biasa bersemedi untuk mendapatkan kesaktian.
Kesaktian itu membuat pukulan mereka lebih keras, lompatan mereka lebih nge-gingkan. Intinya, kalau mau sakti harus bermeditasi. Anggapan ini tidak salah juga sih, karena konon ada juga kesaktian yang bisa didapatkan melalui meditasi.
Tapi, terlalu rumit bagi saya untuk membahasnya. Lagipula, saya belum pernah bertemu langsung dengan si saktiwan yang konon mendapatkan ilmunya dari meditasi.
Jadi, abaikan saja.
Eits, tunggu dulu. Saya baru ingat, saya memiliki seorang kawan yang sering sesumbar jika ia memiliki kesaktian melalui meditasi.
Ceritanya begini;
Sewaktu ia kuliah dulu, ada seorang dosen killer yang tidak menyukainya. Apapun yang ia lakukan sepertinya selalu salah tanpa sebab. Si kawan pun frustasi dan tidak tahu harus bagaimana lagi.
Di tengah keputusasaan, ia mendengarkan teori tentang meditasi Metta Bhavana yang dalam bahasa Indonesianya berarti Meditasi Cinta Kasih.
Jadi, yang dilakukan oleh si sahabat ini adalah duduk bersila. Perhatian dipusatkan pada objek si guru killer. Lalu dengan tenang, berhati-hati, ia mengucapkan, "semoga engkau berbahagia, semoga engkau terbebas dari penderitaan, de el el, de es te,"
Apa yang terjadi? Ajaib!
Menurut kawanku sih, si guru killer berangsur berubah. Sikapnya tidak lagi menyebalkan. Efek sampingnya, hasil ujian sahabat saya juga diberi nilai A. Nah lho...
Nah, ini adalah contoh yang tidak benar. Halu kalau boleh aku sebut. Tidak ada ilmu semacam itu dalam bermeditasi. Tapi, meditasi Metta Bhavana itu ada. Ini bukan hoax.
Sebagaimana yang saya sebutkan, meditasi merupakan kegiatan yang memerhatikan pikiran. Istilah Buddhisnya disebut sebagai Samatha Bhavana (ketenangan batin) dan Vipassana Bhavana (pengembangan pandangan terang). Sementara Metta Bhavana adalah pengembangan cinta kasih.
Serupa, tapi tak sama. Teknik meditasi Metta Bhavana juga mengendalikan kesadaran. Tapi, lebih terfokus kepada perasaan cinta kasih (metta), welas asih (karuna), turut berbahagia (mudita), rasa bersyukur, hormat, apresiasi, dan sejenisnya. Objek yang ditujukan adalah kepada diri sendiri, maupun terhadap orang lain dan kondisi-kondisi di semesta alam.
Caranya cukup mudah. Pejamkan saja mata, duduklah bersila, lalu konsentrasikan pikiran pada aliran napas, dan mulailah berujar, "semoga saya berbahagia, semoga dia berbahagia, semoga seluruh mahluk berbahagia, dan harapan-harapan baik lainnya"
Ujarkan dengan bersungguh-sungguh dan penuh konsentrasi. Sembari membayangkan objek-objek yang kita sirami dengan perasaan cinta kasih. Tanpa perbedaan, bahkan jika perlu ujarkan pula kepada seluruh kondisi yang tidak mengenakkan ataupun sosok yang tidak menyenangkan.
Sesederhana itu? Iya, yang penting pengembangan cinta kasih ini dilakukan dengan sesungguh hati dan tanpa penolakan. Â
Lalu apa Manfaatnya?
Satu, Mencintai dan Menghargai Diri Sendiri
Dengan mengembangkan cinta kasih, seseorang akan semakin menyanyangi dirinya. Menghargai dirinya sendiri, sehingga bisa bersikap lebih hati-hati dan percaya diri.
Dua, Mengembangkan Sikap Welas Asih
Jika kita bisa memberikan cinta kasih kepada semesta tanpa perbedaan, maka diri akan belajar untuk menjadi lebih welas asih. Dalam bahasa Pali, disebut sebagai Karuna alias kasih sayang tanpa melihat perbedaan.
Tiga, Mengurangi Pikiran Negatif
Sikap Metta Karuna dengan sendirinya akan mengurangi emosi negatif yang berasal dari prasangka buruk, kebencian, dendam, kekecewaan, atau ketakutan kepada hidup.
Dengan demikian, maka batin akan menjadi lebih tenang. Lebih mampu menerima kondisi sebagaimana adanya, lebih mampu melihat segala sesuatu apa adanya tanpa memberikan penilaian suka atau tidak suka. Dalam filsafat Budhhisme, disebut sebagai keseimbangan batin (Upekkha).
Empat, Meredakan Sakit
Dalam beberapa kesempatan, para penderita penyakit kronis disarankan untuk bermeditasi. Selain untuk bisa lebih tenang, meditasi Metta Bhavana juga diyakini dapat mengurangi rasa sakit dari badan yang tidak sehat.
Saya sendiri belum pernah mengalaminya. Namun, saya meyakini jika kita lebih mencintai diri sendiri, mencintai keadaan tanpa pamrih, lebih bisa menerima keadaan maka kita akan cenderung lebih sehat dan tidak mudah sakit. Bukankah ada yang namanya gangguan psikosomatis? Alias penyakit fisik yang berasal dari pikiran.
Lima, Memperbaiki Kualitas Kehidupan Sosial
Teorinya sih sederhana, jika ingin orang lain menghargai Anda, maka hargai dulu mereka. Nah, meditasi cinta kasih memberi dampak psikologis bagi diri. Dengan lebih mencintai sesama, menyalurkan kebaikan kepada orang lain, Anda akan menjadi pribadi yang lebih menyenangkan juga. Bukankah memang demikian adanya?
Setidaknya ini adalah lima manfaat yang bisa didapatkan dari meditasi Metta Bhavana. Apakah hanya lima saja?
Masih banyak lagi. Lha, Apakah itu?
Bukankah lebih menyenangkan pribadi yang baik hati, penyayang, penuh kasih, dan lain sebagainya... Ya, udah. Tunggu apa lagi. Mulailah meditasi metta bhavana.
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H