Dirinya terlalu pusing untuk menambah masalah. Dan kawan-kawannya juga terlihat bete. Tidak mau lagi banyak bicara.
Dito pun kembali masuk ke dalam kamarnya. Mengambil buku yang baru ia beli kemarin. Novel teenlit tentang cinta sejati. Mengisahkan sepasang kekasih yang kawin lari karena tidak direstui. Setelah beberapa saat, Dito kembali terpulas.
Ia baru bangun saat subuh hari. Di luar kamar terdengar suara orang sedang berbicara. Dito mengenal suara itu. Suara berat milik Kang Dullah.
Dengan perlahan Dito membuka pintu kamarnya. Tampak Mba Yayuk sedang duduk di lantai menangis tersedu-sedu. Kang Dullah juga tidak lagi berbicara. Keduanya termenung sehingga tidak sadar kehadiran Dito yang berjarak hanya beberapa langkah dari mereka berdua.
Dito ingin nimbrung, tetapi mulutnya seperti membeku. Ia bahkan tidak bisa bersuara lagi.
Dito melihat ke arah jam di dinding. Pukul 03:01. Dito masih belum teringat akan mimpinya kembali. Hingga bunyi "guluk-guluk-guluk" kembali terdengar.
Ketika Dito membalikkan badannya ke arah dispenser galon, matanya terbelalak. Kawan-kawanya ada di sana. Dian, Ramlah, Septi, dan Radit, semuanya lengkap.
Mereka berebutan mengambil air dari dispenser. Wajah mereka membiru dan mata mereka mengeluarkan darah. Dito terpaku. Kini ia tahu jika bunyi "guluk-guluk-guluk" benar berasal dari hantu kehausan.
Tapi, dia benar-benar tidak percaya jika setan itu adalah setan yang sama yang mendatangi mimpinya. Dito bahkan lebih kaget lagi, jika setan-setan tersebut adalah teman-teman kosnya.
Dito ingin melarikan diri. Tapi, kali ini ia melihat wajah Kang Dullah dan Mba Yayuk memandanginya. Wajah mereka mengerikan, terlihat syok dan pucat pasi.
"Ma... maafkan kami, Dito..."