Mba Yayuk adalah mahasiswi tingkat akhir di universitas yang sama dengan Dito. Akhir-akhir ini, ia sering tidak terlihat di rumah kos itu. Katanya sih, sibuk di kampus untuk tugas akhirnya.
**
Wajah Dito masih memucat di pagi hari. Ia tidak bisa lagi konsentrasi belajar karena mimpi-mimpi buruknya. Wajah membiru dan mata beradarah adalah suatu hal, tapi bunyi "guluk-guluk-guluk" adalah sesuatu yang berbeda. Lebih seram dari mimpinya.
Bagi Dito, itu adalah sinyal. Petanda dari kehadiran sesuatu yang berasal dari mimpinya. Dito lalu mengingat kisah di medsos. Cerita konyol tentang bunyi galonan. Katanya petanda setan yang kehausan.
Dito tahu jika kisah itu hanya lelucon bikin-bikinan. Tapi, entah kenapa kali ini ia merasa jika bunyi air dalam galon itu bukan mainan.
**
Hari ke-empat. Dito tidak kuliah. Ia merasa perlu untuk beristirahat di siang hari. Sekaligus begadang di malam hari. Iya, Dito bertekad untuk tidak tidur. Menunggu pukul 03:03 dini hari, tanpa gangguan mimpi.
Waktu menunjukkan pukul 02:59. Dito keluar kamar dan memilih berdiri di sekitar tempat dispenser air galon. Hanya empat menit Dito harus menunggu, tapi rasanya lebih lama dari sewindu.
Akhirnya jam dinding menunjukkan pukul 03:03. Dito merinding, menunggu bunyi air dari dispenser galon. Tidak berbunyi. 03:04 berlalu, 03:06 pun sudah berlaku. Takada bunyi "guluk-guluk-guluk" di malam itu.
Kesal, Dito megumpat kebodohannya. Lelah, Dito ingin kembali tidur. Tapi, sebelum masuk kamar, ia melihat ke arah meja makan. Ada cahaya lampu. Dito lalu melangkah menuju sumber cahaya. Dirinya melihat Mba Yayuk sedang duduk membelakanginya. Â
Sudah seminggu Mba Yayuk tidak menampakkan batang hidungnya. Terbersit rindu dalam hati Dito. Ia pun menghampiri si gadis "ibu kos" itu.