Gerak-geriknya yang mencurigakan dan sifatnya yang kasar dengan cepat membuat penonton menerka bahwa Jin-seok adalah si penyebar teror.
Lalu pertemuan antara Jae-hyuk dan Jin-seok terjadi. Menimbulkan konflik di antara keduanya. Syahdan karena dendam, Jin-seok pun memutuskan untuk mengambil pesawat yang sama dengan Jae-hyuk.
Firasat In-ho mengarahkan penyelidikannya ke bandara. Di sana benang merah mulai kelihatan. Nama Jin-seok berada dalam manifest penumpang K1501 yang sudah terbang ke Hawaii. Masalah selanjutnya adalah urusan pribadi. Tersebab istri In-ho juga berada di dalam pesawat yang sama.
Pihak kepolisian lalu menghubungi otoritas penerbangan. Masalah menjadi lebih serius, sehingga Menteri Transportasi Korea (diperankan oleh Jeon Do-yeon) merasa perlu turun tangan langsung.
Di atas pesawat, Jin-seok mulai menebarkan teror. Dia menyemprot bubuk virus di dalam toilet pesawat. Alhasil virus mulai menyebar. Dimulai dari salah satu penumpang yang langsung mati mengenaskan. Pembuluh darahnya pecah.
Pada saat yang sama, berita tentang adanya teror di atas pesawat K1501 mulai menyebar di kalangan penumpang. Melalui internet bebayar di atas pesawat.
Ko-pilot dan kepala keamanan maskapai lalu mengambil alih suasana. Penumpang yang sakit dipisahkan dengan yang belum menunjukkan tanda-tanda infeksi. Suasana menjadi kacau, penumpang terbagi menjadi dua kubu. Konflik yang terjadi mampu menggiring kemarahan.
Penerbangan K1501 pun menjadi isu keamanan nasional setelah pilot mengumumkan deklarasi darurat (emergency declaration). Situasi menjadi lebih runyam ketika pilot pesawat meninggal. Sementara pihak Amerika tidak memperbolehkan pesawat mendarat di bandaranya.
Akhirnya dengan bahan bakar yang terbatas, K1501 harus balik ke Korea Selatan. Sementara semakin banyak penumpang yang terinfeksi, termasuk ko-pilot.
Dengan segala keterbatasan, Jae-hyuk (Lee Byung-hun) terpaksa mengambil alih pesawat. Ia harus menghadapi trauma masa lalunya. Sebagai pilot handal yang mengundurkan diri karena peristiwa pendaratan darurat yang ia alami beberapa tahun silam.
Sesampainya di Korea, pro dan kontra terjadi. Tidak sedikit warga Korea yang menolak kehadiran K1501. Alasanya sepele, virus tersebut belum ditemukan obatnya.