Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Emergency Declaration, Ide Biasa dari Film yang Luar Biasa

13 September 2022   06:29 Diperbarui: 13 September 2022   06:31 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emergency Declaration, Ide Biasa dari Film yang Luar Biasa (gambar: blog.asianwiki.com)

Perhatian: Artikel ini mengandung spoiler, bagi yang ingin menonton film lengkapnya tidak disarankan untuk membacanya.

Film Emergency Declaration mengangkat tema virus dan pembajakan pesawat. Mungkin terkesan klise, tetapi tidak jika berada di tangan seorang sineas sekelas Han Jae-rim.

Ada banyak alasan mengapa film ini layak ditonton. Deretan nama besar pemainnya sudah menjadi jaminan. Sebutkanlah Lee Byung-hun yang sudah wara-wiri di Hollywood dan Song Kang-ho, pemain watak dalam film Parasite.  

Ini belum termasuk fakta bahwa film ini sudah mulai diproduksi sebelum covid-19. Menimbulkan tanya, bagaimana mungkin si sutradara dapat memprediksi pandemi? Ditambah lagi, ketakutan yang dialami oleh seluruh pemain di atas pesawat adalah nyata adanya.

Sinopsis

Sebuah video viral di dunia maya. Isinya tentang ancaman teror di pesawat. Banyak yang menduga jika video tersebut tidak lebih dari sekadar hoax. Tapi, tidak bagi Go In-ho (Song Kang-ho) yang tertarik untuk menyelidikinya.

Nyatanya firasatnya benar, ia menemukan sebuah mayat yang terbungkus plastik dalam sebuah apartemen kosong. Meskipun demikian, In-ho masih harus mencari puzzle antara mayat tersebut dengan ancaman teror.

Hingga akhirnya tim kepolisian menemukan sederet video di lokasi apartemen. Isinya tentang hasil riset laboratorium. Si ilmuwan tampak sedang melakukan uji coba virus mematikan pada tikus-tikus percobaan.

Di bandara Seoul, keramaian berlangsung seperti biasa. Park Jae-hyuk (Lee Byung-hun) adalah seorang pria biasa yang akan terbang ke Hawaii bersama putri semata wayangnya pada hari itu.

Di sisi lain, Ryu Jin-seok (Im Si-wan) tampak bersitegang dengan seorang petugas tiket di bandara. Ia memaksa si petugas untuk memberikan daftar pesawat yang berpenumpang banyak.

Gerak-geriknya yang mencurigakan dan sifatnya yang kasar dengan cepat membuat penonton menerka bahwa Jin-seok adalah si penyebar teror.

Lalu pertemuan antara Jae-hyuk dan Jin-seok terjadi. Menimbulkan konflik di antara keduanya. Syahdan karena dendam, Jin-seok pun memutuskan untuk mengambil pesawat yang sama dengan Jae-hyuk.

Firasat In-ho mengarahkan penyelidikannya ke bandara. Di sana benang merah mulai kelihatan. Nama Jin-seok berada dalam manifest penumpang K1501 yang sudah terbang ke Hawaii. Masalah selanjutnya adalah urusan pribadi. Tersebab istri In-ho juga berada di dalam pesawat yang sama.

Pihak kepolisian lalu menghubungi otoritas penerbangan. Masalah menjadi lebih serius, sehingga Menteri Transportasi Korea (diperankan oleh Jeon Do-yeon) merasa perlu turun tangan langsung.

Di atas pesawat, Jin-seok mulai menebarkan teror. Dia menyemprot bubuk virus di dalam toilet pesawat. Alhasil virus mulai menyebar. Dimulai dari salah satu penumpang yang langsung mati mengenaskan. Pembuluh darahnya pecah.

Pada saat yang sama, berita tentang adanya teror di atas pesawat K1501 mulai menyebar di kalangan penumpang. Melalui internet bebayar di atas pesawat.

Ko-pilot dan kepala keamanan maskapai lalu mengambil alih suasana. Penumpang yang sakit dipisahkan dengan yang belum menunjukkan tanda-tanda infeksi. Suasana menjadi kacau, penumpang terbagi menjadi dua kubu. Konflik yang terjadi mampu menggiring kemarahan.

Penerbangan K1501 pun menjadi isu keamanan nasional setelah pilot mengumumkan deklarasi darurat (emergency declaration). Situasi menjadi lebih runyam ketika pilot pesawat meninggal. Sementara pihak Amerika tidak memperbolehkan pesawat mendarat di bandaranya.

Akhirnya dengan bahan bakar yang terbatas, K1501 harus balik ke Korea Selatan. Sementara semakin banyak penumpang yang terinfeksi, termasuk ko-pilot.

Dengan segala keterbatasan, Jae-hyuk (Lee Byung-hun) terpaksa mengambil alih pesawat. Ia harus menghadapi trauma masa lalunya. Sebagai pilot handal yang mengundurkan diri karena peristiwa pendaratan darurat yang ia alami beberapa tahun silam.

Sesampainya di Korea, pro dan kontra terjadi. Tidak sedikit warga Korea yang menolak kehadiran K1501. Alasanya sepele, virus tersebut belum ditemukan obatnya.

Pihak pemerintah pun menghadapi dilema. Di antara menyelamatkan 120 nyawa di atas pesawat atau mengambil resiko virus menyebar di Korea. Melihat hal itu Go In-son pun nekat menyuntikkan virus ke dalam tubuhnya. Ia bertekad menyelamatkan istrinya yang berada di atas pesawat dengan menjadi kelinci percobaan.

Selanjutnya hanya pergesekan konflik demi konflik yang tersaji di dalam film. Han Jae-rim berhasil memadukan unsur thriller dan drama menjadi satu. Jika Anda termasuk orang yang gampang termehek-mehek, dijamin air mata akan meleleh.

Terlebih pada saat seluruh penumpang K1501 memutuskan untuk tidak kembali ke Korea. Mengorbankan nyawa mereka agar virus tidak menyebar lebih luas.  

**

Film dengan durasi 2 jam 21 menit ini tidak hanya sekadar hiburan bagi pencinta film. Keseriusan sutradara terlihat dari setiap detil gambar.

Han Jae-rim tidak segan-segan memadukan gambar dari kamera professional dengan video yang diambil dari handphone biasa. Penonton serasa berada di lokasi hanya dari pengalaman visual film ini.

Lebih hebatnya lagi, Han Jae-im tidak segan-segan membuat satu set simulator pesawat yang berputar 360 derajat. Para aktor dan artis yang terlibat harus diberikan penghargaan. Ketakutan yang mereka hadapi benar-benar nyata.

Lee Byung-hun sukses mengobok-obok perasaan penonton hanya dari ekspresinya. Kegigihan Song Kang-ho yang berperan sebagai polisi senior mampu menarik simpati penonton. Sementara Jeon Do-yeon berhasil menunjukkan aura sebagai Menteri yang pantas dihormati.

Tidak lupa juga, empat jempol saya berikan kepada Im Si-wan. Di balik wajah polos ala drakor, ia berhasil menunjukkan aura bengis. Dialognya mengerikan!

Pada akhirnya, pencinta film harus mengakui jika para sineas Korea Selatan memang memiliki ciri khas tersendiri. Tidak mau menjadi produk "me-too" Hollywood, tetapi tetap mampu menyajikan hiburan yang berkualitas.

Kuncinya berada pada setiap pendalaman karakter. Meskipun film ini diborong oleh sederet nama terkenal. Tapi peran karakter para figuran sama pentingnya dengan pemeran utama lainnya.

Waktu merupakan musuh utama dalam film Emergency Declaration. Pesan itu yang berhasil disampaikan oleh para sineas film ini. Dua jam 20 menit terasa singkat, karena sejak detik pertama ketegangan telah tersajikan dengan sangat baik.

Akhir kata, manusia memang mahluk kompleks. Pertanyaan yang muncul kemudian, masih adakah kemanusiaan yang tersisa di saat segala sesuatunya sudah tidak ada lagi harapan?

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun