Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Para Pesohor yang Kaya Raya dari Menangis

8 September 2022   06:51 Diperbarui: 8 September 2022   06:59 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Mereka yang Kaya Raya dari Menangis (asiaone.com)

Ian Robertson menyediakan jasa pelayat professional dengan patokan harga 45 poundsterling per jam. Bisnisnya laris manis, Ian berkata jika dalam waktu setahun ia bisa menerima 52 pesanan. Artinya setiap minggu ada saja yang membutuhkan jasa perusahaannya.

Jumlah tersebut terus meningkat pada tahun kedua. Ian bahkan harus menolak sekitar 60an pesanan gegara terkendala jarak. Pesanan tidak saja datang dari tempat tinggalnya, tapi dari seantero Inggris Raya.

Di Amerika Serikat, sebuah rumah pemakaman yang berlokasi di Fort Worth, Texas menambah daftar produknya berupa penyewaan pelayat professional. Tugas mereka menangis dan memancing kesedihan. Bayarannya juga tidak murah. Konon dipatok beberapa puluh hingga ratusan dollar AS per satu kali acara.

Dengan demikian, apakah menangis pada acara pemakaman benar-benar penting? Jika iya, tujuannya untuk apa.

Marilyn Mendoza yang menulis buku "We Do Not Die Alone (2008)" mengatakan jika pekerjaan pelayat professional sudah ada sejak era Romawi Kuno. Pada masa itu tugas mereka lebih berat lagi. Bukan hanya menangis sejadi-jadinya, tapi juga melukai dirinya sendiri. Seperti merobek baju hingga mencakar muka sendiri.

Semakin banyak pelayat professional yang datang, semakin terpandang status keluarga. Setelah 2000 tahun berlalu, sepertinya tujuan menyewa pelayat professional juga tidak berubah.

Menangis mewakili simbol status keluarga. Ternyata manusia yang sudah mati pun masih peduli pada gengsi dan melekat pada ketenaran. Benar gak ya?

**

Acek Rudy for Kompasiana

Referensi: 1 2 3 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun