Ketiga hal ini bisa saja dikombinasikan, antara total utang dan batas waktu misalkan. Jadi, pelanggan akan memiliki dua indikator. Total kredit yang bisa ia gunakan dan jangka waktu pembayaran. Jika salah satu indikator mencapai batas, maka ia wajib melunasi utang lama atau membayar tunai belanjaannya.
Kebijakan ada di tangan setiap pengusaha. Pelanggan itu kompleks, karena memang mereka adalah manusia dengan berbagai macam sikap dan pemikiran yang berbeda.
Dengan demikian, cara yang terbaik untuk menghadapi kondisi bad debt adalah menggunakan manajemen manusia. Prinsip dasarnya adalah mendapatkan keseimbangan di antara hubungan.
Jika ada pelanggan yang tidak membayar, bercerminlah. Jadikan itu sebagai sebuah pelajaran agar kasus yang sama tidak terulang lagi. Tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan.
Selanjutnya, adalah tetap membina hubungan yang baik dengan pelanggan, seburuk apapun mereka. Banyak kondisi yang membuat seorang pelanggan tidak mampu atau tidak mau bayar.
Andaikan ia terkena musibah, bersikaplah empati. Jika mereka bangkit kembali, niscaya kebaikan hatimu akan dibalas. Insya Allah utang pun akan dibayar duluan.
Akan tetapi jika mereka memang nakal, tetaplah bersyukur karena Anda sudah mendeteksinya lebih awal tanpa menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Jangan lupa juga bahwa manusia memang tidak sesederhana penampilannya. Terkadang ada juga pelanggan yang sengaja tidak mau membayar karena sikap pemilik toko kepadanya. Baru terlambat sehari, sudah bawa golok kesana kemari. Ya, begitulah prahara hidup.
Yang terpenting adalah sikap diri kita sendiri. Jika tidak mau para pelanggan tidak membayar utang, maka seyogyanya kita pun tidak mencedarai kepercayaan. Bayarlah utang tepat waktu.
**
Acek Rudy for Kompasian