Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hubungan Parasosial, Erotomania, dan Penghina Ibu Negara

25 Juli 2022   05:03 Diperbarui: 25 Juli 2022   05:12 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hubungan Parasosial, Erotomania, dan Penghina Iriana Jokowi (gambar: disway.id)

Beberapa lama yang lalu, sudah sangat lama, saya jatuh cinta dengan seorang selebriti. Setiap malam tiada waktu yang terlewatkan bersamanya.

Hingga kabar mengejutkan itu datang kepadaku. Si selebriti sudah memiliki pacar. Dari kalangan selebriti pula. Hati ini hancur. Diri pun membandingkan, siapa yang lebih ganteng, siapa yang lebih baik.

Ingin rasanya menghancurkan pacarnya. Makian dan cacian kutebarkan. Majalah yang memuat kemesraan mereka pun kusobek-sobek. Rasanya apa yang kualami waktu itu, sekarang juga dialami oleh seorang wanita yang berinisial ENS (37).

Baru-baru ini, unggahan ENS menjadi viral. Ia menghina Ibu Negara Iriana Joko Widodo di medsos. Mengatakannya "busuk", pakai meludah pula. Lalu polisi yang memeriksanya mengatakan jika si emak-emak terindikasi mengalami gangguan jiwa.

Konon selama ini ENS terobsesi dengan sosok Presiden Jokowi. Sumber berita menyebutkan jika dia beranggapan bahwa Jokowi meyukainya. Sepertinya tumpukan obsesi sudah memuncak. ENS bukannya tidak punya tujuan. Unggahannya dimaksud agar ibu Iriana, saingannya sakit hati.

Saya bersyukur pada saat remaja internet belum kukenal. Jika tidak maka diriku yang naif ini pun bisa saja melakukanya. Eh...

Terkesan berbahaya? Berhati-hatilah. Karena jika saya pernah mengalaminya, mungkin saja kamu, kamu, dan kamu juga.

Untungnya pada saat itu saya adalah anak remaja yang belum paham apa-apa. Ekspresi yang kuungkapkan adalah bagian dari pengendalian stres hormonal. Ini bukan pembelaan, tapi berdasarkan penelitian. Masih dalam tahap yang wajar, karena kejadian tersebut hanya terjadi sesaat.

Hubungan Parasosial

Pernasaran dengan simtom yang pernah kualami, saya pun melakukan riset kecil-kecilan. Ternyata saya bukan satu-satunya. Adalah Donald Horton dan Richard Wohl yang memulai sebuah konsep mengenai hubungan parasosial ini.

Meskipun media sosial dianggap pemicu terutama, tapi konsep ini sudah teridentifikasi sedari zaman bapakmu.

Pada artikel Horton dan Wohl yang diberi judul "Mass Communication and Parasocial Interaction: Observations on Intimacy at a distance," mereka menyebutkan jika penyebab utama hubungan para sosial berasal dari persona sosok tertentu melalui pemberitaan. Baik melalui media maupun "bisik-bisik tetangga."

Thus, hubungan imajiner pun terbentuk secara sepihak antara individu dan sosok yang dikaguminya.

Hubungan parasosial sebenarnya adalah simtom yang cukup umum. Bukankah industri hiburan diciptakan agar sosok selebriti memiliki penggemar. Selain itu, manusia juga adalah mahluk sosial. Wajar jika memilih tokoh panutan yang bisa dijadikan role model.

Lalu apakah perilaku ini baik atau justru membawa dampak buruk?

Sebuah studi pada Mei 2021 mengatakan jika pandemi Covid-19 meningkatkan terjadinya hubungan parasosial. Pembatasan sosial menyebabkan semakin banyak orang mencari pertemanan di internet.

Sosok publik pun tidak luput dari pemberitaan media sosial. Semua dimaksudkan agar mereka bisa tetap terkoneksi dengan para penggemar mereka.

Alhasil hubungan sosial pun beralih ke dunia maya. Tujuannya untuk mengusir rasa kesepian yang terjadi selama pembatasan sosial.

Sah saja, karena para ahli juga menyatakan demikian. Tidak buruk sebebanrnya, apalagi jika hubungan parasosial dapat meningkatkan self esteem seseorang. Mencontohi hal-hal positif dari idolanya dan meraih kesuksesan dari sana.

Sayangnya jika seseorang menjadi terlalu nyaman, ia akan terjebak dalam hubungan yang tidak nyata tersebut. Terutama bagi mereka yang menganggap jika dunia maya adalah yang nyata. Syahdan hubungan parasosial pun berubah menjadi hubungan yang tidak sehat.

Erotomania

Kembali kepada kasus ENS. Jelas kasusnya adalah salah satu contoh hubungan parasosial yang tidak sehat.

Dalam dunia kedokteran Erotomania merujuk kepada seseorang yang mengalami delusi bahwa sosok terkenal mencintainya. Dalam tahap yang serius, si penderita bukan hanya meyakininya.

Ia bahkan bisa "membuktikan" jika idolanya tersebut benar-benar mencintainya. Biasanya sih melalui tanda-tanda yang konon hanya dirinya yang tahu.

Hingga saat ini belum ada alasan pasti penyebab dari simtom ini. Beberapa kemungkinan bisa menjadi penjelasan. Di antaranya adalah faktor genetik, psikologis, biologis atau lingkungan.

Erotomania adalah bagian dari sindrom delusional. Oleh sebab itu, beberapa kondisi gangguan jiwa lainnya juga terkadang muncul pada penderitanya. Bisa saja ia juga adalah penderita skizofrenia, bipolar, Alzheimer, depresi, atau borderline personality disorder.

Saya belum bisa menyimpulkan apakah ENS termasuk ke dalam golongan ini. Saya bukan psikolog yang bisa memberikan keputusan. Dan juga belum ada berita tentang kesimpulan ini dari dunia medis.

**

Kita terlalu sering mendengarkan dampak perubahan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi. Internet membawa dampak sosial yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Dua kutub telah terpolarisasi secara ekstrim. Bagi mereka yang positif, penggunaan internet bisa sangat membantu untuk menjadikan hidup lebih baik. Tapi bagi yang negatif, internet justru bisa menjerumuskan.

Mulailah dari diri sendiri. Kurangi penggunaan gadget jika sedang berada di antara orang-orang yang mencintaimu. Pasangan hidupmu nyata, sementara idolamu adalah maya. Kenapa harus menyia-nyiakan mereka demi sosok baru yang bikin halu?

Semoga bermanfaat

**

Acek Rudy for Kompasiana

**

Referensi: 1 2 3 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun