"Dipasang di mana, Pak Guru?" Jepe, murid paling bandel bertanya.
"Di jarimu!" jawab Pak Guru Arif sigkat, diikuti oleh suara riuh tawa dari dalam kelas.
Jelas Pak Guru tidak bermaksud bercanda. Ia yakin jika jarinya cukup mewakili si otong. Kondom pun dimasukkan ke jari. Dengan sigap Pak Guru Arif mempraktikkannya. Dicelup, diulur, diremas, jadi deh.
Atong memperhatikan dengan seksama. Ia paham betul, benar-benar paham. Sangat paham malahan. Sesaat sebelum kelas bubar, Atong pun tersenyum tipis.
Lonceng istirahat berbunyi. Atong membiarkan semua anak meninggalkan kelas. Ia lalu merogoh saku celananya dan menyobek bungkusan kondom. Dengan sigap ia pun memasukkannya kondom ke tempat yang seharusnya. Daerah yang sering bersentuhan dengan bulu.
Aksi selanjutnya adalah mencari jodoh. Bagaimana caranya?
Atong punya sebuah keyakinan. Dia mengingat kutipan yang pernah ia baca di media sosial. "Jodoh tidak akan kemana-mana. Jika ia milikmu, maka ia akan datang padamu."
Atong sangat meyakini kutipan itu. Ditambah dengan kondom yang sudah pada tempatnya, jodoh akan segera menghampiri.
Tapi, bukannya tanpa usaha. Atong harus memperlihatkan bagian tubuhnya yang terbungkus kondom kepada si calon. Jika gadis tersebut menyentuhnya, maka dialah jodoh si Atong.
Percobaan pertama adalah Widz rambut ikal.
"Widz, tahu apa ini?" Tanya Atong sambil menunjuk bagian berkondom.