Beberapa saat yang lalu, saya mendapatkan pertanyaan yang cukup menganggu. "Saya tidak bisa nulis tentang diri sendiri, Koh. Saya takut dibilangin narsis." Nah lho...
Jika memang begitu defenisinya, maka saya pun termasuk penulis narsis. Sebabnya terlalu banyak tulisan yang mengisahkan tentang diri saya. Pake foto pula.
Menjawab pertanyaa kawanku, saya pun mengeluarkan jurus rahasiaku. Jurus ngeles yang lebih mirip pembelaan diri.
"Kalau kamu takut menulis tentang pengalamanmu, itu juga termasuk narsis lho."
"Lha kenapa? Ia bertanya.
Narsis itu merasa diri berbeda dari segala-galanya. Sementara jika tidak berani tampil, itu juga karena merasa diri berbeda dengan yang lainnya. Benar, kan.
Yauda, dia bergeming. Dan entah apakah ia paham dengan pernyataanku, entahlah.
Meskipun berhasil membuat pembelaan, diri ini masih bingung. Sebagai penulis di Kompasiana, apakah saya benar-benar narsis?
Lalu saya pun mencari arti sebenarnya dari narsis. Kabar baiknya adalah setiap orang punya sifat narsisme sejak lahir, hanya saja seberapa besar kadar yang terkandung.
Dalam kadar yang normal, narsisme bisa bermanfaat.