"Pasang dua juta rupiah, dalam tiga minggu tiga juta kembali." Begitulah yang ramai tedengar dari para calon jutawan kaya saat itu.
Saya sempat terperangah dengan ajakan seorang kawan. Ia adalah pemilik supermarket besar di kota Makassar.
"Saya kasih masuk 100 juta, Rud. Betul tauwa, dapat ka' 150 juta," kira-kira begitulah.
Syahdan kota di sebelah utara Makassar yang biasanya sepi itu menjadi ramai dengan para investor dadakan. Mulai dari petani, petambak, rakyat jelata hingga kaum kaya menginvestasikan uangnya pada sebuah perusahaan yang baru saja didirikan beberapa bulan sebelumnya.
Di jalan Rappang, markas PT. Buana Sawitto Jaya, jamak terlihat berkarung-karung uang yang disetor ke sana. Bahkan sebuah kantor bank pemerintah yang lokasinya tak jauh dari sana masih kalah ramai.
PT. BSJ tidak sendiri beroperasi. Masih ada beberapa perusahaan lainnya yang mengelola usaha yang sama. Mereka dikenal dengan satu nama yang sama, Kospin Pinrang.
Dikutip dari Harian Kompas, 15 September 1998 (hal 8), Kospin berhasil mengumpulkan sekitar 170.000 nasabah dalam tempo 3 bulan saja.
Asalnya bukan saja berasal dari Sulawesi Selatan. Ada juga dari Kendari, Palu, Kalimantan, bahkan Jakarta. Semuanya tergiur dengan bisnis baru yang ditawarkan Kospin, meski masih abu-abu.
Jusuf Kalla yang kala itu sebagai Ketua Kadin Sulsel sudah sempat memberikan peringatan. "Bunga deposito 55% per tahun. Bunga kospin bisa 866%, tidak masuk akal," ujarnya.
Tentu saja pengusaha kawakan seperti JK ini sudah bisa mengendus bau busuk dalam bisnis titip-titip tersebut. "Apalagi kalau bukan gali lubang tutup lubang," imbuhnya.
Tapi, masyarakat sepertinya tidak mau mengerti. Hasil yang didapatkan telah menjadi bukti keberhasilan pengelola Kospin. Ditambah lagi dengan performa ekonomi Sulsel yang sedang dalam masa bulan madu, citra Kospin sebagai perusahaan bonafid semakin mencuar.