Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kospin Pinrang: Tipu-tipu di Zaman Bapakmu, 1 Triliun Dibawa Kabur

5 Mei 2022   04:03 Diperbarui: 5 Mei 2022   04:08 4457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kospin pinrang (gambar: onlinenewspaper24.com)

Kisahnya sudah cukup lama, tapi saya masih mendapatkan sedikit gambaran. Krisis ekonomi 98 seyogyanya menghantam seluruh lini usaha. Inflasi tinggi, bunga bank meroket, dan nilai tukar rupiah anjlok.

Tapi, di kota Makassar, suasana krisis sama sekali tidak terlihat. Jalanan masih ramai, pusat-pusat perbelanjaan tidak pernah sepi, dan bisnis berjalan lancar.

Sekitar 180 kilometer dari kota Makassar, terdapat kabupaten Pinrang. Suasananya lebih hedon lagi. Saya dikisahkan mengenai seorang pria "dekil" yang berkunjung ke sebuah dealer motor milik sahabatku.

"Berapa harga motor?" ujar sang pria.

"Sekian juta..." Ujar tenaga penjual hampir tak terdengar.

"Kasih tiga," ujar si pria sembari mengeluarkan uang tunai dari dalam karung bekas.

Banyak lagi cerita yang beredar. Tentang lemari es yang dibeli untuk menyimpan pakaian, tentang mobil terbaru yang terparkir nganggur di halaman rumah penduduk.

Penyebabnya adalah berkah dari harga coklat dan udang yang menjulang tinggi akibat kenaikan kurs dollar. Konon setiap petani dan petambak bisa meraup hasil panen hingga ratusan juta rupiah.

Belum lagi bisnis sampingan yang mereka geluti. Namanya Kospin Pinrang. Sejatinya Kospin adalah singkatan dari Koperasi Simpan Pinjam. Tidak ada yang baru dengan konsep ini. Sudah dikenal sejak zaman bapakmu.

Tapi, Kospin Pinrang menawarkan sesuatu yang baru;

"Pasang dua juta rupiah, dalam tiga minggu tiga juta kembali." Begitulah yang ramai tedengar dari para calon jutawan kaya saat itu.

Saya sempat terperangah dengan ajakan seorang kawan. Ia adalah pemilik supermarket besar di kota Makassar.

"Saya kasih masuk 100 juta, Rud. Betul tauwa, dapat ka' 150 juta," kira-kira begitulah.

Syahdan kota di sebelah utara Makassar yang biasanya sepi itu menjadi ramai dengan para investor dadakan. Mulai dari petani, petambak, rakyat jelata hingga kaum kaya menginvestasikan uangnya pada sebuah perusahaan yang baru saja didirikan beberapa bulan sebelumnya.

Di jalan Rappang, markas PT. Buana Sawitto Jaya, jamak terlihat berkarung-karung uang yang disetor ke sana. Bahkan sebuah kantor bank pemerintah yang lokasinya tak jauh dari sana masih kalah ramai.

PT. BSJ tidak sendiri beroperasi. Masih ada beberapa perusahaan lainnya yang mengelola usaha yang sama. Mereka dikenal dengan satu nama yang sama, Kospin Pinrang.

Dikutip dari Harian Kompas, 15 September 1998 (hal 8), Kospin berhasil mengumpulkan sekitar 170.000 nasabah dalam tempo 3 bulan saja.

Asalnya bukan saja berasal dari Sulawesi Selatan. Ada juga dari Kendari, Palu, Kalimantan, bahkan Jakarta. Semuanya tergiur dengan bisnis baru yang ditawarkan Kospin, meski masih abu-abu.

Jusuf Kalla yang kala itu sebagai Ketua Kadin Sulsel sudah sempat memberikan peringatan. "Bunga deposito 55% per tahun. Bunga kospin bisa 866%, tidak masuk akal," ujarnya.

Tentu saja pengusaha kawakan seperti JK ini sudah bisa mengendus bau busuk dalam bisnis titip-titip tersebut. "Apalagi kalau bukan gali lubang tutup lubang," imbuhnya.

Tapi, masyarakat sepertinya tidak mau mengerti. Hasil yang didapatkan telah menjadi bukti keberhasilan pengelola Kospin. Ditambah lagi dengan performa ekonomi Sulsel yang sedang dalam masa bulan madu, citra Kospin sebagai perusahaan bonafid semakin mencuar.

H. Suparman Ishak, pimpinan BSJ sesumbar. Uang masyarakat yang dikumpulkan, diinvestasikan kembali ke dalam berbagai lini usaha yang menguntungkan.

"Uang nasabah kami pakai pada usaha yang cepat menghasilkan untung," pungkasnya.

Suparman mengaku jika grup Kospin memiliki ratusan hektar tambak, dua SPBU, usaha perkebunan dan 25 truk untuk perdagangan kakao. Ia juga sesumbar jika usahanya akan terus berekspansi. 

Dan memang sangat impresif. Sebabnya para pelaku usaha lainnya sampai pusing tujuh keliling menganalisis perhitungan usaha Kospin.

Pada saat bisnis masih manis, himbauan dari masjid-mesjid di kota Pinrang diabaikan. Khotbah tentang riba dan haram hanya masuk ke telinga kiri dan kembali ke hidung kanan.

Untungnya banyak, dan masyarakat percaya dengan bukti, bukan janji.

Bupati Pinrang kala itu, A. Firdaus Amirullah bahkan tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya menjawab diplomatis ketika ditanya awak media;

"Wajar saja jika masyarakat tertarik, keuntungan berkali-kali lipat ada buktinya. Lagipula kredit di bank juga ribet. Kospin memberikan kemudahan dan juga keuntungan," ungkapnya, dikutip dari Harian Kompas 10 Juli 1998 (hal 9).

Euforia yang terlalu cepat dan lambannya ketegasan pemerintah akhirnya berbuah. Apa yang dikhwatirkan pun jadi kenyataan.

Semuanya bermula dari pembayaran yang mulai tersendat. Pihak Kospin mengeluarkan aturan baru bahwa dana yang bisa dicairkan maksimum hanya 1 juta rupiah per hari.

Berita ini menyebar dengan cepat. Kantor-kantor perwakilan Kospin mulai diserbu massa yang panik uangnya tidak dibayar.

Situasi mencekam, belum lagi santer terdengar bakal ada kerusuhan dari para nasabah yang panik. Terjadi sedikitnya 125 aduan terhadap PT. BSJ dengan total kerugian mencapai 238,15 miliar rupiah.

Jika ditotal dengan perusahaan afiliasi di berbagai kota, kabupaten, dan provinsi, dana yang lenyap mencapai angka sekitar 1 triliun rupiah. Jumlah yang fantastis pada masanya.

Gubernur Sulsel kala itu, HZB Palaguna tidak tinggal diam. Ia memerintahkan seluruh walikota/bupati untuk menutup usaha simpan pinjam yang tersebar di seantero provinsi Sulsel.

Suparman Ishak, pimpinan BSJ ditahan oleh Polda Sulsel. Sementara Supardi dan beberapa gembong lainnya sempat meloloskan diri dengan membawa kabur uang nasabah.

Dan apa yang dikhwatirkan pun terjadi. Massa yang tidak kunjung mendapatkan uangnya kembali mengamuk. Kerusuhan massal pun terjadi di kota Pinrang. Sasarannya adalah perkantoran dan gedung pemerintahan.

Tidak terasa 22 tahun telah berlalu. Kasus Kospin Pinrang memang bukan yang pertama. Tapi dana yang raib adalah yang paling menghebohkan.

Generasi telah berganti, tipu-tipu ala Crazy Rich pun muncul. Wajah baru dengan modus lama. Binomo, DNA Pro, Fahrenheit, semuanya berbau milenial dengan wajah penipuan yang baru.

Sehingga terkadang saya berpikir. Tidak salah apa kata orang bahwa setan punya seribu wajah. Ia akan tampil dihadapan pendosa sesuai dengan apa yang mereka harapkan.

Kospin Pinrang adalah bagian masa lalu. Tapi, ia juga menjadi bagian dari sejarah kelam di zaman bapakmu. Meskipun dua dekade telah berlalu, kegetiran yang ditinggalkan tidak akan lekang oleh waktu.

Saya hanya menyesali satu hal. Mengapa tulisan ini tidak saya buat sebelum aksi tipu-tipu ala milenial terjadi?

Tapi, andaikan pun tulisan ini dibuat jauh sebelum itu, belum tentu ada juga yang menghiraukannya. Sebabnya memang, sekali lagi

"Setan punya seribu wajah yang akan terus menguntitmu."

**

Referensi: 1 2 3 

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun