Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Awas, Banyak Agen Intelijen Asing Berkeliaran di Indonesia

1 Mei 2022   02:49 Diperbarui: 1 Mei 2022   10:05 2505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Awas, Banyak Intel Asing Berkeliaran di Indonesia (gambar: thetimes.co.uk)

Saya memiliki seorang sahabat. Adiknya menikah dengan seorang warga Amerika. Suaminya bukanlah bule sembarangan. Ia adalah anggota Federal Bureau Investigation (FBI) Amerika, resmi tertulis pada kartu namanya.

Saya pun berseloroh mengatakan jika ia adalah agen rahasia. Mirip James Bond tapi lebih jelek. Mengherankan, ia mengakuinya.

"Iya, saya melakukan tugas intelijen. Berkantor di kedutaan Amerika, dan pemerintahmu tahu kehadiranku," kira-kira begitu ungkapannya.

Saya tercengang...

Meskipun kejadiannya sudah cukup lama, dan kedua pasutri ini kini sudah hidup tenang di Amerika, saya jadi penasaran dengan operasi intelijen asing di Indonesia.

Bukannya kenapa, citra saya terhadap intelijen itu berkonotasi negatif. Saya berpendapat, dua negara bersahabat seharusnya bisa melakukan pertukaran informasi secara resmi, apalagi jika hubungannya harmonis.

Apalagi terlalu banyak hoax yang saya dengarkan mengenai kepentingan-kepentingan asing yang berusaha menggerogoti kedaulatan NKRI.

Tapi, menurut kawanku itu, kehadirannya diketahui pemerintah Indonesi. Jika demikian, untuk apa ada intelijen asing di negara kita?

Ternyata saya memang salah. Dalam kasus sahabat saya, ia memang adalah intelijen asing, tapi bukan agen rahasia. Paling tidak aksi spionasenya tidak dilakukan dengan cara-cara curang.

Itulah mengapa si bule ini mengakui statusnya hidup damai tanpa ada kekhwatiran sedikit pun.

Kantor kedutaan sebuah negara adalah markas intelijen asing resmi. Menurut As'ad Said Ali, Wakil Kepala BIN Era Megawati yang dikutip dari sumber [3], "perwakilan resmi Indonesia di negara lain juga melaporkan ke BIN."

Jadi, kerja sama intelijen tidak melulu rahasia, resmi terbuka. Apalagi jika informasi intelijen itu untuk kepentingan bersama negara.

Misalkan untuk memerangi pengaruh ideologi radikal, aksi teroris, atau gerakan kontra produktif lainnya, seperti penyelundupan, narkoba, atau perdagangan manusia antar negara.

Kendati demikian, setiap negara juga harus waspada. Sebabnya ada batasan informasi tertentu yang tidak perlu bocor sampai ke negara lain.

Informasi semacam ini terkadang bukan ancaman terhadap negara lain, ia hanya merupakan strategi internal sebuah negara untuk memproteksi dirinya. Seperti kebijakan undang-undang militer, seandainya negara kita terlibat konflik dengan negara lain.

Namun, bagi beberapa negara, kekepoan itu penting. Mana tahu ada satu-dua informasi yang berguna bagi mereka untuk menentukan kebijakan tambahan.

Di sini muncullah istilah agen rahasia, atau agen intelijen asing yang keberadannya tidak resmi, tidak diketahui oleh negara tempatnya beroperasi.

Apakah ada di Indonesia?

Mengutip dari sumber [2], pada akhir Mei 2021, ada seorang pria bernama Ghassem Saberi Gilchalan (49) ditangkap di Bandara Udara Soekarno-Hatta. Pria tersebut masuk ke Indonesia dengan paspor Bulgaria.

Namun, petugas yang menangkapnya juga menemukan paspor Iran yang masih berlaku hingga 2023. Selain itu ada juga benda mencurigakan lainnya, seperti kartu identitas polisi Diraja Malaysia, dan sebelas unit telpon genggam.

Meskipun tidak mengaku, tapi penggunaan paspor palsu cukup menjeratnya dengan 100 juta rupiah dan kurungan dua tahun.

Kasus Ghassem mungkin hanya salah satu yang mencuat di antara banyak lainnya. Keberadaan intelijen asing yang berseliweran di Indonesia bukanlah isapan jempol semata.

Hal ini bahkan diakui oleh Fauka Noor Farid, mantan Komandan BAIS TNI. Dikutip dari sumber [5], Fauka berkata jika ada agen rahasia Korea Utara yang beroperasi di Indonesia.

Mereka bergaul dengan masyarakat setempat, bahkan menjadi pengusaha restoran di Indonesia. Tidak ada penjelasan mengenai informasi yang disasar, atau tujuan yang ingin dicapai. Tapi, yang jelas mereka ada.

Lalu, ada juga perekrutan agen rahasia. Mereka adalah orang Indonesia yang "dibayar" untuk menyuplai informasi penting. Salah satu kasus yang menghebohkan terjadi pada 1980an.

Saat itu, salah satu Letkol TNI AU direkrut oleh Soviet untuk memberikan data peta laut Indonesia. Informasi ini penting, mengingat teknologi zaman dulu tidak secanggih saat ini.

Dan tentunya berbahaya, karena saat itu Indonesia lebih pro ke blok Barat. Soviet adalah negara adidaya yang berpaham komunis. Untungnya aksi spionase tersebut berhasil digagalkan, dan info penting tidak berhasil direbut.

Perekrutan pun dilakukan secara masif. Siapa saja bisa menjadi agen rahasia. Dan kadang tanpa mereka sadari. Salah satu contoh masih menurut Menurut As'ad Said Ali, "NGO dan wartawan kadang menjadi direkrut untuk menjadi agen rahasia tidak resmi."

"Polanya lebih terbuka, modusnya adalah "memaksa" orang kita untuk mengikuti pola pikir negara perekrut," ujar As'ad dikutip dari sumber [3].

Lebih lanjut As'ad mengatakan, selama tidak membahayakan keamanan negara dan keutuhan NKRI, maka pola terbuka seperti itu tidak terlalu menjadi kekhwatiran.

Terlebih lagi jika ideologi yang ditanamkan atas dasar kepentingan dua negara bersahabat. Seperti persoalan lingkungan hidup, hak perlindungan anak, atau hak kekayaan intelektual.

Lalu, adakah operasi intelijen asing yang berbahaya bagi Indonesia?

Menarik mengulik penjelasan Kepala BIN, Komjen Budi Gunawan yang saya kutip dari sumber [1].

Menurutnya, ancaman yang terpenting saat ini adalah masalah keselamatan dan keutuhan negara. Dan tentunya operasi intelijen asing adalah salah satu hal yang harus diwaspadai.

Secara umum ada dua jenis operasi intelijen yang harus diwaspadai. Yang pertama adalah Black Ops Intelligence yang merujuk kepada upaya asing yang ditujukan untuk melemahkan dan mengganti rezim pemerintahan.

Sementara yang kedua adalah Psycho Ops Intelligence. Istilah ini menyangkut penyebaran informasi dengan tujuan tertentu. Seperti penyebaran hoax, penanaman ideologi sesat, atau berita fitnah terhadap target tertentu.

Tentu saja, operasi intelijen semacam ini sangat berbahaya. Pada zaman Soekarno, santer terdengar kabar jika CIA juga turut serta dalam penumbangan rezim orde lama. Meskipun tidak ada kabar resmi ataupun pembuktian sahih terhadap kasus ini.

Di zaman Soeharto, ditenggarai operasi currency war pernah digunakan oleh asing. Adalah George Soros yang saat itu diduga sebagai algojo. Melalui perusahaannya, Quantum Funds, ia memborong beberapa mata uang Asia. Indonesia menjadi salah satu korbannya. Rupiah melemah tanpa ampun.

Sekali lagi, hal ini tidak terbukti benar. Kendati tudingan langsung datang dari PM. Malaysia kala itu, Mahathir Muhammad. Tapi aksi tersebut murni diklaim sebagai aksi profit taking semata.

Seperti biasa. Bukan operasi intelijen namanya jika terbongkar. Opini publik telah terlanjur terbentuk bahwa Barat berada di belakang krisis 98.

**

Indonesia terlalu manis bagi banyak negara. Amerika jelas tidak mau kehilangan hubungan baiknya dengan Indonesia. Tapi, negara kita juga menganut paham bebas aktif. Sepanjang mutualisme tercapai, dan tidak ada yang aneh-aneh, yuk berteman!

Sayangnya banyak yang tidak suka. Bak seorang gadis cantik, setiap orang merasa berhak menguasai, apa pun motifnya. Jadi, sampai kapan pun operasi intelijen asing akan selalu berada di Indonesia.

Bagaimana dengan operasi intelijen asing Indonesia di Luar Negeri?

Seharusnya juga ada, tapi kalau bersifat rahasia, maka seharusnya tidak dibahas di sini.

Saya lalu mengingat kawan saya yang menikah dengan si bule FBI. Apakah dia akan direkrut oleh BIN sebagai tenaga mata-mata?

Ah, saya terlalu banyak nonton film. Tapi, masa sih istrinya tidak penasaran dengan pekerjaan suaminya. 

Ah, biarlah. Saya hanya berharap ilmunya tidak diturunkan ke istri saya. Eh...

**

Referensi: 1 2 3 4 5

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun