Menarik mengulik penjelasan Kepala BIN, Komjen Budi Gunawan yang saya kutip dari sumber [1].
Menurutnya, ancaman yang terpenting saat ini adalah masalah keselamatan dan keutuhan negara. Dan tentunya operasi intelijen asing adalah salah satu hal yang harus diwaspadai.
Secara umum ada dua jenis operasi intelijen yang harus diwaspadai. Yang pertama adalah Black Ops Intelligence yang merujuk kepada upaya asing yang ditujukan untuk melemahkan dan mengganti rezim pemerintahan.
Sementara yang kedua adalah Psycho Ops Intelligence. Istilah ini menyangkut penyebaran informasi dengan tujuan tertentu. Seperti penyebaran hoax, penanaman ideologi sesat, atau berita fitnah terhadap target tertentu.
Tentu saja, operasi intelijen semacam ini sangat berbahaya. Pada zaman Soekarno, santer terdengar kabar jika CIA juga turut serta dalam penumbangan rezim orde lama. Meskipun tidak ada kabar resmi ataupun pembuktian sahih terhadap kasus ini.
Di zaman Soeharto, ditenggarai operasi currency war pernah digunakan oleh asing. Adalah George Soros yang saat itu diduga sebagai algojo. Melalui perusahaannya, Quantum Funds, ia memborong beberapa mata uang Asia. Indonesia menjadi salah satu korbannya. Rupiah melemah tanpa ampun.
Sekali lagi, hal ini tidak terbukti benar. Kendati tudingan langsung datang dari PM. Malaysia kala itu, Mahathir Muhammad. Tapi aksi tersebut murni diklaim sebagai aksi profit taking semata.
Seperti biasa. Bukan operasi intelijen namanya jika terbongkar. Opini publik telah terlanjur terbentuk bahwa Barat berada di belakang krisis 98.
**
Indonesia terlalu manis bagi banyak negara. Amerika jelas tidak mau kehilangan hubungan baiknya dengan Indonesia. Tapi, negara kita juga menganut paham bebas aktif. Sepanjang mutualisme tercapai, dan tidak ada yang aneh-aneh, yuk berteman!
Sayangnya banyak yang tidak suka. Bak seorang gadis cantik, setiap orang merasa berhak menguasai, apa pun motifnya. Jadi, sampai kapan pun operasi intelijen asing akan selalu berada di Indonesia.