Mungkin bisa dimaklumi, sebabnya terlalu mudah menyalahkan presiden yang sedang menjabat atas susah-susahnya hidup ini. Tapi, perlu dipahami jika apa yang kita ucapkan itu adalah refleksi dari batin kita.
Mungkin kisah di bawah ini bisa membuka mata hati.
Alkisah ada seorang guru yang sangat bijaksana. Setiap hari, rumahnya ramai tamu berkunjung. Mulai dari rakyat jelata hingga keluarga raja. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk meminta nasehat atas kehidupan.
Meskipun terkenal, sang guru tidak pernah sombong. Ia melayani semua tamu sama dan sederajat. Tidak ada satu pun yang luput dari perhatiannya.
Di samping rumah sang guru, tinggallah seorang saudagar kaya. Dengan banyaknya tamu yang hadir setiap hari, si saudagar merasa ketenangannya terusik.
Awal-awalnya ia hanya menggerutu. Namun, lama kelamaan berubah menjadi kebencian.
Setiap kali melihat wajah sang guru, dirinya merasa muak. Ia ingin muntah. Baginya, si guru ini tiada lain adalah sosok yang sombong, ingin pamer, dan senang melihatnya menderita.
Suatu hari kemarahan sang saudagar sudah tidak terbendung lagi. Berbagai masalah yang ia hadapi tidak bisa lagi ia tampung.
Lalu, kakinya melangkah menuju rumah sang guru bijaksana. Si saudagar merasa sekarang waktunya untuk melepaskan semua unek-uneknya.
"Saya muak melihatmu, wahai orang tua. Dalam bayangku dirimu tiada lain adalah seekor babi. Bau, kotor, dan tidak tahu diri," demikian ungkap si saudagar dengan penuh emosi.
Mendengar makian si saudagar, murid-murid sang guru marah. Mereka ingin bertindak, tapi sang guru mencegahnya.