Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Depresi Besar Amerika, Semoga Indonesia Bisa Belajar

6 April 2022   05:21 Diperbarui: 6 April 2022   05:31 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kredit macet terjadi dimana-mana. Sebanyak jutaan aset disita, karena pemiliknya sudah tidak mampu lagi membayar cicilan.

Setelah rumah kena sita, tuna wisma pun turun ke jalan. Sistem jaringan sosial Amerika tidak cukup kuat untuk menampungnya.

Krisis Pangan dan Finansial

Lalu krisis pangan di seluruh negeri datang melanda. Petani yang bangkrut tidak mampu lagi mengurus ladangnya. Ditambah lagi dengan musim kering yang panjang, hasil panen tidak maksimal.

Dunia perbankan pun kena imbas. Pada kuartal ketiga tahun 1930 gelombang panik pertama pun datang.

Masyarakat tidak percaya lagi dengan bank. Atau mungkin lebih tepat, memegang tunai dianggap teraman. Penarikan dana besar-besaran terjadi, pinjaman outstanding pun dipaksa untuk dilikuidasi.

Gelombang kedua muncul pada kuartal pertama 1931 sampai kuartal ketiga 1932. Hampir seluruh bank berhenti beroperasi.

Puncak gelombang pertama Depresi berada pada 1933. Angka pengangguran di Amerika mencapai puncak tertingginya. Mencapai 15 juta orang, naik empat kali sejak 1929.

A New Deal

A New Deal, atau Harapan Baru adalah program 100 hari pertama dari Roosevelt yang menggantikan Hoover sebagai presiden Amerika Serikat.

Meskipun pada akhirnya, Depresi Besar masih berlanjut hingga enam tahun kemudian, patut melihat apa yang dilakukan oleh Roosevelt yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh Hoover.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun