Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Serba-Serbi Crazy Rich yang (Mungkin) Masih Jadi Misteri

25 Maret 2022   05:02 Diperbarui: 25 Maret 2022   06:40 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah pribadi dari kibridspr.org, cnnindonesia.com, cosmopolitanfm.com, fimela.com, hollywoodreporter.com, entrepereneur.bisnis.com

Jangan kira Crazy Richs itu baru saja ada. Jauh sebelumnya, di zaman bapakmu sudah ada di Gang Sapi. Seorang engkong yang namanya tidak tercatat pada Forbes 100. Tapi, mungkin yang ke 101.

Tetiba ia membeli sapi jantan yang bisa menyusui. Harganya cukup viral jika dijadikan konten.

Si Engkong itu tidak mau beternak sapi. Ia hanya suka minum susu sapi jantan saja. Di gang sapi, Engkong disebut dengan Crazy Richs. Tanpa dosa tentunya.

Mengapa? Pertama karena ia mampu membelinya. Kedua karena ia tidak pamer di medsos, sehingga luput dari pantauan. Sapi jantan itu ia kurung di dalam rumahnya dan tidak menjadi fenomena sosial. 

Si Engkong ini adalah Crazy Richs beneran. Atau di zaman bapakmu disebut OKL (Orang Kaya Lama). Kiro-kiro begitulah

Lalu ada juga Acek Idur. Dirinya baru saja menang duit miliaran dari tebakan shio ayam yang terilhami bungkus minyak goreng. Dengan bangga ia pun membeli sapi albino (Tedong Bonga Toraja) seharga 1M.

Apa yang terjadi? Acek Idur keliling kota. Tidak lupa juga sapi tersebut ia dandani dengan daster merah polkadot. Hidung Acek Idur kembang-kempis menunjuk langit.

Nah di zaman bapakmu, Acek Idur dan sejenisnya dinamakan OKB alias Orang Kaya Baru. Crazy Richs juga sih, tapi abal-abal

Si Acek terus mempromosikan situs lotto buntut tempat ia menang tebakan. Usut punya usut si Acek ternyata hanyalah jungket (makelar judi). Tedong Bonga yang ia kendarai ternyata sewaan dari Karaeng Daeng Khrisna yang kini entah di mana.

Apa yang dilakukan si Acek Idur ini tiada bedanya dengan dua Crazy Rich abal-abal. Indra Kenz dan Doni Salmanan yang kini sudah terjerat tindak pidana pencucian uang melalui platform digital keuangan. Amsiong dah.

Sontak istilah Crazy Richs pun jadi negatif. Padahal awalnya itu hanyalah judul novel, lalu kemudian difilmkan.

Adalah Kevin Kwan. Dia adalah penulis novel Crazy Rich Asians. Lalu dibuatlah film yang diperankan oleh Henry Golding dan Constance Wu. Meledak di pasaran.

Film tersebut memang mengisahkan tentang keluarga super kaya di Singapura. Tapi, jika Anda menontonnya, tidak ada perilaku flexing di sana. Malahan, itu adalah kisah asmara mirip Cinderella. Sarat pesan moral tentang perbedaan status sosial.

Tapi tidak lama kemudian, muncullah konglomerat asal Surabaya. Pesta pernikahan mewah digelar, Crazy Richs Surabayans menjadi tema.

Flexing-kah?  Tergantung persepsi. Menurut saya sih, selama ia mampu, dan acara tersebut hanya untuk konsumsi pribadi, maka sah-sah saja.

Door prize berupa smartphone, penyanyinya Raisa, hostnya Choky Sitohang. Pesta pernikahan tersebut menghabiskan dana 10M. Sebagian disumbangkan pula untuk korban bencana alam.

Kesimpulannya? Masih kalah dengan jargon "murah banget" ala Indra Kenz. Amsiong!

Lantas dari berbagai kota muncullah istilah yang sama. Crazy Richs Medan dan Bandung yang sudah jadi tersangka. Semoga tidak bertambah lagi dari kota lain.

Kembali kepada konsep novel Crazy Rich Asians. Isinya benar-benar bikin kepala puyeng. Orang-orang kaya berkeliaran dengan wine mahal dan terbang dengan jet pribadi. Punya Maserati dan makanan eksotik seharga sekontainer keripik.

Kevin mengatakan jika tokoh dalam karya fiksinya tidak terilhami dari orang asli. Nyatanya tidak demikian, Kevin Kwan tahu banyak hal. Kisah rahasia yang dimiliki oleh beberapa sosok terbatas.

Orang kaya Singapura, dan konon juga dari Indonesia. Haaa?

Sementara beberapa anak konglomerat tidak mau disebut Crazy Richs. Bilang saja Armand Hartono, putra orang paling tajir di Indonesia. Juga Grace Tahir, anak pemilik Mayapada Grup.

Apakah mereka tidak hidup ala Crazy Rich benaran? Tidak tahu.

Siapa yang tahu berapa banyak tanah si Armand di daerah segitiga emas kota Jakarta? Siapa yang tahu berapa banyak koleksi Hermes si Grace. Tidak tahu. Yang jelas mereka tidak pamer.

Grace Tahir bahkan nyinyir di medsos. Ia membuat konten ala sok pamer Indra Kens. Duduk di jet pribadi, tenteng tas Hermes, dengan jargon 'Murah Banget.' Kesan saya sih, Grace mau bilang begini, "gue aja tajir gak kayak elu..."

Jadi, entahlah siapa yang crazy dan siapa pula yang richs.

Lalu, mengapa Kevin Kwan tahu tentang gaya hidup rahasia segelintir orang ini? Ternyata ia adalah cucu salah satu pendiri bank terbesar di Singapura dan juga di Asia.

Salah satu inspirasi tersebut bahkan datang dari kakek buyutnya, Dr. Hu Sai Kuen, penemu balsam cap Tiger yang menguasai pasar Asia. Buyut dan kakek Kevin adalah Crazy Rich sungguhan.

Wow!

Semasa ia kecil, kakek dan ayahnya seringkali mengisahkan gaya hidup hedon orang-orang kaya nasabahnya. Kevin pun terinspirasi dari sana.

Untungnya cerita-cerita tersebut bisa dijadikan uang. Kevin pun masuk sebagai 100 orang yang paling berpengaruh versi majalah Time Tahun 2018. Semua gegara Crazy Rich sungguhan.

Lalu siapakah yang pantas memegang gelar Crazy Richs? Ada hitungannya.

Menurut Christine Li, Head of Research Knight Frank Asia Pacific, Crazy Rich adalah mereka yang masuk dalam kategori Ultra High Net Worth Individuals (UNHWIs).

Syaratnya adalah memiliki nilai kekayaan individual melebihi 30 juta US Dollar, atau sekitar 420 miliar Rupiah.

Nah, melansir Kompas.com [1], per 2022 ini jumlah Crazy Rich Indonesia naik 1% dari tahun 2020. Sekarang ada 1.403 orang. 

Mereka adalah Crazy Richs sesungguhnya. Sayangnya tidak ada info lebih lanjut. Siapakah di antara mereka yang juga pegiat media sosial. Jadi, belum ada kabar flexing dari mereka.

Menghela nafas...

Seorang kawan baru saja menelponku. Katakanlah namanya Mba Reni. Ia berkata dalam bahasa Jawa yang medok, "jengkel aku Rud, ama kresi-kresi rich itu lho."

Si kawan ini merujuk kepada binary option yang ditawarkan oleh para dedemit yang dimaksud. Saya lalu teringat dengan Mba Weni (nama samaran). Ia adalah pelangganku yang tidak bisa lagi bayar utang.

Mba Weni ini mengaku jika duitnya habis untuk robot trading yang baru saja dibekukan. Ironisnya, ia mendapat anjuran dari salah satu tokoh publik yang juga dibayar untuk jadi brand ambassador.

Kasus Mba Reni dan Mba Weni ini adalah contoh sederhana. Bagaimana fenomena Crazy Richs bisa begitu merugikan. Tentunya, ini tidak berlaku umum. Hanya segelintir saja.

Bercita-cita menjadi kaya tentu sah-sah saja. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan orang sukses sebagai role model. Mencontohi kerja keras mereka, kedisiplinan mereka, hingga gaya hidup mereka.

Membenci orang kaya, bukan pula hal yang disarankan. Karena itu akan menimbulkan mental blok, yang menjadi penghalang kesuksesan.

Lantas, apa yang harus dilakukan?

Bagi yang suka flexing, Psikolog Indah Sundari Jayanti menjelaskan; "manusia memiliki kebutuhan terhadap eksistensi."

Sayangnya eksistensi ini memiliki standar ganda. Ekspektasi, realita, dan faktor pendukung lainnya menyatu menjadi satu. Jika sudah tidak sesuai, maka bisa disebut sebagai gangguan psikologis.

Mungkin terlalu naif jika saya menyarankan untuk berhenti. Mungkin juga terlalu tinggi jika saya berharap agar perilaku ini tidak akan lagi menjadi viral.

Tapi tidak terlalu naif juga untuk mengatakan bahwa flexing bukan satu-satunya cara untuk membuktikan eksistensimu. Cobalah lihat deretan orang berprestasi.

Di perhelatan MotoGP Mandalika saja sudah ada tiga. Sebutkanlah pembalap Mario Suryo Aji dan Veda Ega Pratama. Ada juga Mba Rara, Pawang Hujan Mandalika yang sebentar lagi Go Internasional.

Coba jadilah seperti mereka.

Oh, maaf saya lupa... Ternyata pura-pura berprestasi memang lebih susah daripada pura-pura jadi kaya. Amsiong dah!

**

Acek Rudy for Kompasiana

**

Referensi: 1 2 3 4 5 6 7 8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun