Lantas, apa yang harus dilakukan?
Bagi yang suka flexing, Psikolog Indah Sundari Jayanti menjelaskan; "manusia memiliki kebutuhan terhadap eksistensi."
Sayangnya eksistensi ini memiliki standar ganda. Ekspektasi, realita, dan faktor pendukung lainnya menyatu menjadi satu. Jika sudah tidak sesuai, maka bisa disebut sebagai gangguan psikologis.
Mungkin terlalu naif jika saya menyarankan untuk berhenti. Mungkin juga terlalu tinggi jika saya berharap agar perilaku ini tidak akan lagi menjadi viral.
Tapi tidak terlalu naif juga untuk mengatakan bahwa flexing bukan satu-satunya cara untuk membuktikan eksistensimu. Cobalah lihat deretan orang berprestasi.
Di perhelatan MotoGP Mandalika saja sudah ada tiga. Sebutkanlah pembalap Mario Suryo Aji dan Veda Ega Pratama. Ada juga Mba Rara, Pawang Hujan Mandalika yang sebentar lagi Go Internasional.
Coba jadilah seperti mereka.
Oh, maaf saya lupa... Ternyata pura-pura berprestasi memang lebih susah daripada pura-pura jadi kaya. Amsiong dah!
**
Acek Rudy for Kompasiana
**