Sebuah perusahaan hiburan di sana baru-baru ini menawarkan sebuah pertunjukan yang dinamakan Scare Squad. Pengunjung diminta berbaring di dalam peti mati berjendela sambil mendengarkan kisah-kisah seram.
Ada juga efek semprotan air dan tangan iseng yang mencolek. Juga para aktor yang menyamar menjadi hantu.
Menurut pengelola, pandemi covid-19 telah banyak membuat warganya stress. Ia berpendapat jika berteriak akan menjadi semacam terapi yang baik untuk melepas kegalauan.
Thailand
Pendekatan negara ini berbeda lagi. Terapi peti mati juga dikenal di sana, tapi dalam bentuk ritual. Bahkan konon sudah sejak zaman dahulu.
Adalah Kuil Wat Bangna Nai di pinggiran kota Bangkok yang menyelenggarakannya. Setiap hari, mereka bisa menampung hingga seratus peserta.
Para partisipan wajib memegang seikat bunga. Selanjutnya mereka pun masuk ke dalam peti mati. Lantas sehelai kain menutupi dan mereka berbaring diiringi lantunan doa para biksu.
Bagi sebagian orang prosesi ini bisa mengurangi stress. Tapi, lebih banyak lagi yang menganggapnya sebagai ritual tolak bala. Tidak sedikit pula yang menganggapnya sebagai upacara bawa hoki.
Peserta hanya perlu membayar sekitar 100 baht (setara dengan Rp.50.000). Itu sudah termasuk harga bunga, lilin, dan pakaian.
Uniknya, mereka yang mati harus menghadap barat, dan bangkit kembali setelah peti mati diputar balik ke arah timur. Mengikuti arah matahari terbit dan terbenam sebagai lambang pergi dan kembali lagi.
Bukan hanya di Kuil Wat Bangna Nai. Beberapa kuil juga dikabarkan mempunyai jasa layanan yang sama karena membludaknya permintaan dari warga setempat.
Meskipun banyak yang protes, tapi seorang biksu yang memimpin ritual tersebut mengatakan;