**
Selama enam bulan, Marcus-lah yang mengajarinya semua. Tentang di mana mereka tidur, dimana makan, letak kamar mandi, dan semua hal-hal kecil dengan detail.
Alex sangat mengandalkan Marcus atas semua hal yang telah hilang darinya. Termasuk memori penting dalam hidupnya.
"Apakah kita pernah liburan keluarga? Dan di mana saja?" tanya Alex.
Marcus dengan sabar menyusun bagian demi bagian. Memori yang telah lenyap dari benak Alex. Foto-foto kenangan semasa mereka di pantai, sewaktu mereka merayakan ulang tahun bersama. Semuanya disusun dengan begitu indahnya.
Alex bukanlah seorang yang ingin mencari tahu lebih banyak. Baginya, mengetahui tanpa pernah mengingat sudah lebih dari cukup.
Alex bukanlah pribadi yang penasaran. Marcus telah mengajarkannya bagaimana menjadi normal. Baginya, kehidupan yang normal adalah yang dilakukan oleh keluarganya.
Alex tidak pernah bertanya. Ia tidak pernah mempermasalahkan, mengapa mereka harus tinggal di gedung yang terpisah dari rumah utama. Area bekas gudang yang telah didesain sebagai daerah kekuasaan mereka berdua.
Alex tidak pernah heran, mengapa mereka tidak diperbolehkan untuk memegang kunci utama di dalam rumah. Termasuk kamar-kamar tertentu yang hanya bisa dimasuki oleh orangtuanya saja.
Bagi Alex, itu normal. Mengingat ayahnya adalah seorang diktator yang memiliki banyak aturan. Terlebih penting lagi, normal bagi Alex karena ia tidak memiliki perbandingan, tidak ada referensi, dan tidak punya memori.