Sumpah-serapah pun mengalir dengan deras dari mulutnya. Pencetus ide dimaki habis-habisan. Istilah-istilah "kebun binatang" pun berhamburan keluar.
Menurut Tessa, ayahnya bukan hanya piawai dalam taktik bola. Ia juga memiliki visi kebangsaan yang jauh ke depan. Baginya, sepak bola adalah ajang terbaik yang bisa mempersatukan bangsa ini.
Tessa adalah cucu kesayangan Endang. Ia juga adalah dokter gigi yang melanjutkan profesi kakeknya yang belum kesampaian.
Tessa juga-lah yang menemani sang legenda dalam kurun enam tahun terakhir sebelum tutup usia. Tessa merasa bersyukur bisa menemani sang kakek dan belajar banyak darinya.
Endang Witarsa wafat pada tanggal 2 April 2008 dalam usia 92 tahun. Ia meninggalkan 4 anak, 12 cucu, dan 9 cicit.
Namanya mungkin tidak banyak dikenal oleh pencinta sepak bola di Indonesia. Namun, torehan prestasinya selama menukangi Timnas masih belum tertandingi hingga kini.
Mungkin saja kamu, kamu, dan kamu belum pernah mendengarkan namanya. Namun, Endang telah memberikan dua pelajaran berharga bagi dunia sepak bola bangsa ini.
Bahwa Indonesia mampu berprestasi di dunia internasional, dan bahwa Indonesia adalah negara besar dengan segala keragaman yang ada.
**
Acek Rudy for Kompasiana