Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lupakan Shin Tae Yong, tapi Jangan Endang Witarsa

3 Januari 2022   06:04 Diperbarui: 3 Januari 2022   06:11 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Endang Witarsa, Pelatih Tersukses Timnas Indonesia (kompas.com)

Namun, Endang tidak pernah praktek gigi. Menyia-nyiakan kesempatan menjadi orang kaya, tersebab profesi dokter gigi di tahun 60-an masih tergolong langka.

Akibat "Salah Didik"

Mungkin karena salah didik. Orangtua Endang adalah pengusaha toko kelontong di Kebumen. Bisnisnya bagus, cuannya gede.

Karena tidak mau ambil pusing, mereka pun membelikan Endang kecil bola karet. Biar tidak repot mengurusnya.

Pria kelahiran tahun 1916 ini adalah bungsu dari 9 saudara. Sejak kecil ia memang sudah suka bola. Kakak laki-lakinya sering mengajak Endang ke alun-alun. Sekadar untuk menendang bola, atau untuk menonton latihan.

Syahdan, di usia enam tahun Endang sudah piawai bermain bola. Lawannya kebanyakan adalah anak-anak yang berusia lebih tua.

Seiring waktu, kecintaan Endang kepada sepak bola semakin kelihatan. Sewaktu remaja, ia tak segan-segan menempuh perjalanan bersepeda beratus-ratus kilometer jauhnya.

Dari Kebumen menuju Puwokerto, Purwerejo, hingga Yogyakarta. Semuanya demi menonton pertandingan sepak bola. Rekor yang terjauh adalah Semarang. Dua ratus kilometer ia tempuh bersama kawan-kawannya.

Dicap Pengkhianat

Setelah tamat dari sekolah menengah (MULO dan AMS B), Endang pindah ke Surabaya dan berkuliah di Stovit Surabaya. Di sana ia tinggal di rumah seorang Belanda.

Entah kebetulan, orang Belanda tersebut ternyata adalah ketua perkumpulan sepak bola HBS. Sang tuan rumah terkesan dengan bakat bermain bola Endang, ia pun menawarkannya untuk memperkuat tim HBS.

Tidak kuasa menolak, aksinya itu lantas membuat marah orang-orang Tionghoa yang tergabung dalam Tionghoa FC. Akibatnya, Endang dicap pengkhianat dan sering menjadi sasaran perundungan.

Kendati demikian, Endang juga punya prinsip. Saat Piala Dunia 1938 yang dihelat di Prancis, Endang juga diajak untuk memperkuat tim. Tapi, ia menolak dengan alasan ingin menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Demi untuk membahagiakan kedua orangtuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun