Lelaki itu bernama Nandang Permana Sidik, ia adalah media officer tim. Sebelum bekerja untuk Persikabo, Nandang adalah jurnalis beberapa media. Ia sendiri menampik tuduhan netizen. Hanya gegara blankong, dukun pun jadi gelar.
Ini salah satu contoh dimana para pencinta sepak bola Indonesia akan selalu berada pada level "dukun-oriented."
Senada dengan hal ini, berita yang dikutip dari Indosport.com. mengungkapkan bahwa sejumlah klub professional masih terbukti menggunakan jasa perdukunan. Motifnya biasanya ada dua. 1) agar klubnya jadi jawara, atau 2) sebagai penglaris tiket pertandingan kandang.
Namun, lain tarkam, lain pula professional. Beberapa praktik dukun sering diklaim tidak efektif. Menurut beberapa sumber, ada beberapa kota di Indonesia yang memiliki tradisi perdukunan yang kuat. Berbanding terbalik, justru tim sepakbolanya tidak cemerlang.
Terlepas dari pro-kontra jasa perdukunan dalam pertandingan sepak bola. Ada juga bagusnya timnas Indonesia mempertimbangkannya.
Eits, jangan buru-buru menghakimi dulu. Yang saya maksud di sini bukan menggunakan jasa dukun. Tapi, ada hal yang lebih efektif, manjur, dan (mungkin) lebih rasional.
Satu. Mandi Bunga Tujuh Rupa
Melanjutkan tradisi raja-raja Nusantara, mandi bunga itu harum adanya. Siapa tahu saja pemain lawan akan terkesima dan termehek-mehek merindukan mantannya.
Dua. Jangan Berjabat Tangan dengan Tim Lawan.
Bukan karena takut dengan "titipan" dukun Thailand. Tapi, lagi Covid, mbook... Catatan: Jika ada pemain timnas yang terlanjur jabat tangan, usapkanlah telapak pada bagian kemaluan (sumber: anonymous)
Tiga. Bermalam di Makam Keramat.