Tidak lama lagi 2022 menjelang. Biasanya, prediksi tahun baru sudah kupersiapkan. Namun, kali ini belum kulakukan. Belum ada kesempatan.
Seorang sahabat dari Cirebon menyapaku ketika kami bertemu dalam sebuah acara tingkat nasional di Jakarta, 20 Desember lalu. Sembari menikmati soto Betawi, kami pun berbincang singkat tentang angka-angka di tahun mendatang.
Sebagai seorang Numerolog, angka pada tahun berjalan lazim saya gunakan untuk melihat energi yang terkandung. Tidak terlalu banyak pilihan, sebab hanya ada dua jenis angka saja - 0 dan 2.
Pada tahun 2022, ada kemunculan tiga angka 2. Jika dijumlahkan hasilnya 6. Saya menyebutnya sebagai The Strong Number 2 yang berfokus pada energi "awal yang baru" dari angka 6.
Prediksi energi angka pun kami perbincangkan. Tapi, tidak akan saya jelaskan di sini. Akan segera diterbitkan di Kompasiana pada 31 Desember nanti.
Yang menarik adalah membandingkan energi yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Semisalnya 2021 yang memiliki kemiripan dengan 2012. Begitu pula dengan 2020 yang beda-beda tipis dengan 2002.
Teori ini bukan jaminan, tapi ada ilmunya. Namanya empiris statistik, biasa digunakan dalam ilmu metafisika Tiogkok juga.
Tapi, agak susah untuk mendapatkan kemunculan tiga angka 2 dalam waktu yang belum lama berselang. Kecuali tahun 1222. Delapan abad yang lalu. Di masa depan, energi yang sama baru akan muncul pada tahun 2122. Seratus tahun lagi.
Untungnya ada Om Gugel. Sehingga kami bisa mengecek kejadian penting yang terjadi di Indonesia 800 tahun yang lalu. Namun, ini hanyalah perbandingan energi empiris. Tidak melambangkan apa yang menjadi gambaran tentang 2022 nanti.
Perang Ganter, itulah yang terjadi pada tahun 1222.
Perang ini menandakan dimulainya kekuasaan Dinasti Rajasa di Kerajaan Singasari. Adalah Ken Arok (Ken Angrok) yang berperang melawan Raja Kertajaya dari Kediri.
Perang yang terjadi di sekitar daerah Malang itu berhasil membuat Kertajaya menyerahkan kekuasaannya sebagai Raja Kediri yang telah ia tampuk selama 20 tahun (1200-1222).
Penyebabnya sepele, hanya karena Raja Kediri sudah merasa bak dewa. Ia memaksa para kaum Brahmana untuk menyembahnya. Para petinggi agama Buddha dan Hindu tentu menolak. Sepanjang sejarah, tidak ada satu pun Brahmana yang menyembah raja.
Penolakan ini membuat Raja Kertajaya murka. Dianggap sebagai aksi pembangkangan. Para Brahmana diperlakukan semena-mena. Sebagai akibat, mereka pun melarikan diri ke Tumapel, dan meminta perlindungan kepada Ken Arok yang berkuasa di sana.
Ken Arok adalah sosok yang ambisius. Membunuh Tunggul Ametung, melalui serangkaian intrik. Merebut kekuasaan sebagai raja dengan cara yang keji. Hanya karena tergoda dengan Ken Dedes, permaisuri raja yang cantik.
Tidak terlalu lama bagi Ken Arok untuk menampung para Brahmana. Sejak dulu ia sudah mencari peluang untuk melepaskan diri dari kekuasaan Kediri. Kegelisahan para Brahmana adalah momentum yang tepat untuk memuluskan ambisinya.
Rakyat merestui, para Brahmana mengamini, Ken Arok pun menyerang Kediri. Moralitas bangkit, pasukan Ken Arok dengan mudah menaklukkan tentara musuh di bawah pimpinan Mahisa Walungan, adik Raja Kertajaya.
Adik raja terbunuh, demikian pula menterinya yang bernama Gubar Baleman. Kekuasaan Wangsa Isyana selama 3 abad pun runtuh dalam sekejap.
Bagaimana dengan Raja Kertajaya? Tidak ada catatan sejarah yang menceritakan mengenai kematiannya. Kitab Negarakertagama menceritakan tentang pelarian diri sang raja ke lereng gunung bersama para pertapa.
Sementara kitab Pararaton menyebut bahwa Raja Kertajaya lenyap ke alam dewa tanpa meninggalkan bekas.
**
Ken Arok adalah legenda. Masa lalunya suram, kelahirannya tak diinginkan. Ia  adalah hasil perselingkuhan ibunya yang bernama Ken Ndok dengan seorang lelaki asing. Setelah Gadjah Para, mengetahui tindakan istrinya, Ken Ndok pun diceraikan.
Lima hari setelah menceraikan istrinya, Gadjah Para meninggal. Sementara Ken Ndok yang malu setelah aibnya ketahuan, membuang bayinya ke sebuah kompleks pemakaman.
Pada malam harinya, seorang lelaki bernama Lembong tertarik dengan seberkas cahaya yang keluar dari sudut gelap. Dari jauh ia dapat mendengarkan tangisan bayi Ken Arok.
Lembong pun memutuskan untuk memungut bayi tersebut dijadikan anak angkat. Berita cepat tersebar. Ken Ndok pun mendengarkannya. Ia datang dan mengaku kepada Lembong, bahwa bayi itu adalah anaknya dan ayahnya adalah batara Brahma. Ia merestui anaknya diasuh oleh Lembong.
Namun, Ken Arok bukanlah anak pembawa keberuntungan. Sejak kecil, Ken Arok sudah suka main judi, sehingga menghabiskan harta orangtua angkatnya. Lembong pun jatuh miskin dan mengusir Ken Arok.
Kali ini giliran Bango Samparan yang mengasuhnya. Ia adalah seorang penjudi dari Desa Karuman (sekarang Blitar). Lain Lembong, lain pula Bango. Menurut ayah angkat barunya ini, Ken Arok adalah pembawa keberuntungan.
Namun, Ken Arok tidak betah diasuh Bango. Khususnya istrinya yang bernama Genukbuntu. Ia pun memutuskan untuk hidup berkelana setelah berjumpa dengan Tita, anak seorang kepala desa setempat.
Keduanya kemudian menjelma menjadi sepasang perampok yang paling disegani di seantero kerajaan Kediri.
**
Titik balik kehidupan Ken Arok terjadi pada saat ia bertemu dengan Mpu Loghawe, seorang brahmana dari India. Sang brahmana tersebut datang ke Jawa untuk mencari titisan Dewa Wisnu.
Menurut kitab Paralon, Ken Arok dianggap memiliki ciri-cirinya. Mpu Loghawe juga meramalkan bahwa Ken Arok akan menjadi orang besar pendiri sebuah dinasti.Â
Oleh Mpu Loghawe, Ken Arok dibawa ke Tunggul Ametung untuk menjadi pengawalnya. Saat itu, Tunggul Ametung adalah penguasa Tumapel. Ia memiliki seorang istri yang cantik bernama Ken Dedes.
Ken Arok jatuh cinta pada istri majikannya ini. Ditambah lagi, ia memercayai ramalan Mpuh Loghawe yang mengatakan jika Ken Dedes akan melahirkan keturunan raja-raja Jawa.
**
Siasat pun dibuat, Ken Arok bertemu dengan Mpu Gandring, seorang pembuat keris ternama di zamannya. Tujuannya untuk membuat sebilah keris sakti yang akan digunakan untuk membunuh Tunggul Ametung.
Mpu Gandring menjanjikannya waktu setahun untuk menuntaskan pekerjaannya. Sebabnya Tunggul Ametung memang dikenal sakti, tidak mudah membunuhnya.
Namun, Ken Arok tidak sabar lagi. Baru berjalan beberapa bulan, Ken Arok sudah ingin memuluskan ambisinya. Untuk memastikan kesaktian keris yang baru setengah jadi, ia pun mengetesnya. Berhasil! Keris tersebut mampu menembus dada Mpu Gandring yang juga sakti.
Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengutuk keris tersebut. Kelak keris tersebut akan membunuh tujuh orang besar, termasuk Ken Arok dan turunannya.
Sebagai catatan tambahan, menurut legenda, ketujuh orang yang dimaksud adalah:
- Mpu Gandring, sang pembuat keris
- Tunggul Ametung, penguasa Tumapel.
- Ken Arok sendiri.
- Ki Pengalasan, pengawal Anusapati yang membunuh Ken Arok.
- Anusapati, anak Ken Dedes dan Tunggul Ametung yang memerintah Ki Pengalasan untuk membunuh Ken Arok.
- Tohjaya. Namun anak Ken Arok dari selir Ken Umang ini hanya terluka saja. Kendati demikian, ia akhirnya tewas karena luka-luka yang ia derita.
- Ken Dedes
Belakangan, keris itu dianggap penuh kutukan, sehingga oleh seorang raja Jawa yang sakti, dibuanglah keris ini ke kawah Gunung Kelud
**
Setelah mendapatkan keris dari tangan Mpu Gandring, Ken Arok pun kembali ke Tumapel. Di sana ia menyusun rencana licik. Dengan sengaja, ia meminjamkan keris tersebut ke Kebo Ijo sahabatnya.
Namun, saat malam menjelang, Ken Arok menyusup ke kamar Kebo Ijo dan mengambil kerisnya. Rencana jahat pun dilakukan, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung yang terlelap.
Keesokan harinya, Kebo ijo dihukum mati setelah pengawal menemukan keris yang dipinjamkan Ken Arok tertancap pada dada Tunggul Ametung.
Ken Dedes sebenarnya menyaksikan pembunuhan Tunggul Ametung. Namun, karena ia sudah terlanjur jatuh cinta kepada Ken Arok, akhirnya ia pun bungkam.
Syahdan, Ken Arok pun menyatakan dirinya sebagai penguasa baru Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Hingga akhirnya ia berhasil mendirikan Kerajaan Singasari setelah menaklukkan Kediri pada 1222 dan sekaligus mendirikan dinasti Wangsa Rajasa.
Cerita tidak berakhir sampai di sini. Kekuasaan Ken Arok terhitung relatif singkat. Setelah menjadi raja, masih ada intrik dalam keluarga.
Pada 1227, Ken Arok dibunuh oleh seorang prajurit atas perintah Anusapati, anak dari Ken Dedes. Motifnya balas dendam. Sebelum Ken Arok menikahi Ken Dedes, mantan istri Tunggul Ametung ini telah mengandung anak sang penguasa.
Ia adalah Anusapati yang kelak mengetahui jika pembunuh ayahnya adalah Ken Dedes.
Ramalan Mpu Loghawe benar. Keturunan Ken Arok dan Ken Dedes yang kemudian menjadi raja-raja Singasari dan sekaligus pendiri Majapahit.
Prasasti Balawi yang ditulis oleh Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit mengungapkan bahwa ia adalah turunan dari Wangsa Rajasa. Begitu pula dengan raja Demak, Pajang, dan Mataram Islam. Semua adalah keturunan Dinasti Rajasa.
**
Apa hubungannya dengan 2022? Tidak ada. Anggap saja bahwa teori ini hanya cocokologi semata dan tidak akan menjadi kenyataan.
Kendati ada ilmu empiris, namun hanya dalam bentuk persamaan energi saja. Tidak ada lagi Ken Arok, Ken Dedes, atau Raja Kertajasa. Jadi, seharusnya titisan mereka juga tidak perlu dipedulikan lagi.
Naif rasanya jika menghubungkan keruntuhan Kertajaya dengan runtuhnya sebuah pemerintahan yang syah berdaulat. Kendati apa yang terjadi 1000 tahun yang lalu, hingga kini masih memiliki banyak persamaan.
Tentang ambisi yang berujung keji, tentang nafsu duniawi yang membutakan hati, tentang politik dengki yang melahirkan para hewani. Semuanya ada sejak dulu hinga kini.
Semoga dengan pelajaran sejarah, manusia dapat mengambil contoh. Bahwa kehendak / niat yang buruk akan menghasilkan akhir yang buruk juga.Â
Semoga demikian adanya.
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H