Perang ini menandakan dimulainya kekuasaan Dinasti Rajasa di Kerajaan Singasari. Adalah Ken Arok (Ken Angrok) yang berperang melawan Raja Kertajaya dari Kediri.
Perang yang terjadi di sekitar daerah Malang itu berhasil membuat Kertajaya menyerahkan kekuasaannya sebagai Raja Kediri yang telah ia tampuk selama 20 tahun (1200-1222).
Penyebabnya sepele, hanya karena Raja Kediri sudah merasa bak dewa. Ia memaksa para kaum Brahmana untuk menyembahnya. Para petinggi agama Buddha dan Hindu tentu menolak. Sepanjang sejarah, tidak ada satu pun Brahmana yang menyembah raja.
Penolakan ini membuat Raja Kertajaya murka. Dianggap sebagai aksi pembangkangan. Para Brahmana diperlakukan semena-mena. Sebagai akibat, mereka pun melarikan diri ke Tumapel, dan meminta perlindungan kepada Ken Arok yang berkuasa di sana.
Ken Arok adalah sosok yang ambisius. Membunuh Tunggul Ametung, melalui serangkaian intrik. Merebut kekuasaan sebagai raja dengan cara yang keji. Hanya karena tergoda dengan Ken Dedes, permaisuri raja yang cantik.
Tidak terlalu lama bagi Ken Arok untuk menampung para Brahmana. Sejak dulu ia sudah mencari peluang untuk melepaskan diri dari kekuasaan Kediri. Kegelisahan para Brahmana adalah momentum yang tepat untuk memuluskan ambisinya.
Rakyat merestui, para Brahmana mengamini, Ken Arok pun menyerang Kediri. Moralitas bangkit, pasukan Ken Arok dengan mudah menaklukkan tentara musuh di bawah pimpinan Mahisa Walungan, adik Raja Kertajaya.
Adik raja terbunuh, demikian pula menterinya yang bernama Gubar Baleman. Kekuasaan Wangsa Isyana selama 3 abad pun runtuh dalam sekejap.
Bagaimana dengan Raja Kertajaya? Tidak ada catatan sejarah yang menceritakan mengenai kematiannya. Kitab Negarakertagama menceritakan tentang pelarian diri sang raja ke lereng gunung bersama para pertapa.
Sementara kitab Pararaton menyebut bahwa Raja Kertajaya lenyap ke alam dewa tanpa meninggalkan bekas.
**