Konspirasi Perjalanan Wisata Kamasutra, Seperti Apa? (Dokpri)
Makassar 09 Desember 2021.
Pagi mengulik Maudy (di Kompasiana), sore menggarap Tonny. Tetiba Acek ini tidak percaya lagi dengan ilmu angka atau pun kekuatan alam. Hambar rasanya.
Sontak grup perpesanan yang sudah biasa ramai, terasa lebih damai. Judulnya, Teknik fotografi berpadu dengan Kamasutra. Semua warga grup harap-harap cemas.
Namun, gegara Acek yang terlalu lama "berindehoi", muncullah istilah dari warga gangsapiers. Mulai dari Wisata Basah, Fotografi Remang-remang, hingga MANTEP alias MANdi diTemani Engkong Pula. Aih...
Itu yang terjadi Ketika Acek bertemu dengan Om Tonny Syiariel, pemenang Kompasiana Award kategori Best in Spesific Interest 2021. Dia baru saja menyelesaikan perjalanan panjangnya. Dari Toba hingga ke Halmahera, dan berhenti di Makassar.
Sejujurnya ini kali kedua Acek kopi darat dengan sesama Kompasianer. (Yang pertama dengan Daeng Khrisna). Dan situasi yang sama juga menyelimuti. Acek Rudy dan Om Tonny akrab adanya. Serasa dua sejoli yang sudah tak bertemu tujuh purnama lamanya.
Eh, jijay. Itu komeng Engkong. Hoax!
Tapi, Acek tidak bohong mengenai Foto-Kamasutra. Karena memang itu yang menjadi bahan pembicaraan selama hampir dua jam lamanya.
Bedanya, pembahasannya terpisah.
Mengenai fotografi tidak usah dijelaskan lagi. Om Tonny anak baik-baik. Tulisannya tidak pernah menyerempet dan selalu menyertakan hasil jepretan yang ciamik berkualitas.
Pengalaman memotret Om Tonny penuh lika-liku. Pada saat melihat hasil jepretannya, siapa pun akan mengaguminya. Namun, mungkin banyak yang tidak mengetahui jika usaha yang diluangkan tidaklah sedikit.
Ruang dan waktu, faktor penentu keberhasilan pengambilan gambar. Ini adalah kesimpulan dari Acek yang awam jepret ini.
Yang dimaksud dengan waktu adalah momen penting dalam pengambilan gambar. Misalkan, saat matahari terbenam, pada saat objek foto sedang ramai dengan manusia, atau pada saat suasana sepi. Tergantung keinginan dari si pengambil gambar.
Sementara Ruang adalah keinginan pemotret untuk mengambil gambar (framing) dari sudut yang diinginkan. Apakah dari atas, bawah, atau sudut-sudut tertentu yang enak dilhat.
Mr. Competitive, itu adalah julukan yang diberikan oleh Tahir, sahabat yang kebetulan nimbrung bersama. "Karena Om Tonny punya kelebihan dibandingkan dengan fotografer lainnya," begitu ungkapnya.
Kompasianer ini selalu berhasil membawa foto yang bagus dari sudut mana saja. Meskipun, bagi sebagian pemotret, itu bukanlah sudut yang bagus.
Tidak bagi Om Tonny. Dia mampu mengambil momen penting berdasarkan intuisinya.
Bisa saja ini berhubungan dengan pengalamannya sebagai travel konsultan senior. Itu yang ada dalam pikiranku. Berkeliling ke tempat wisata telah ia lakukan selama hampir separuh usianya. Tentunya, ia tahu bagaimana cara yang tepat untuk mengambil gambar.
Ada benarnya juga, pengalaman Tonny dalam menemani para turis sangat mendukung, tapi tidak sepenuhnya karena itu.
Setelah berbincang cukup lama, barulah saya bisa mengambil kesimpulan. Ternyata sudut pengambilan gambar yang terbaik berasal dari sudut pandang pemikiran.
Sebagai seorang tur leader, Tonny harus mengakomodisir keinginan para traveller yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki interest yang tidak sama. Begitu pula dalam sebuah perjalanan wisata. Ada yang suka mendaki gunung, tapi ada yang keinginan shoppingnya tak terbendung.
Tonny terbiasa untuk melihat keindahan dari setiap keunikan. Baginya, semuanya indah adanya. Bukan karena Tonny tidak memiliki prinsip atau tendensi, tapi ia telah belajar untuk melihat keindahan dari berbagai keragaman umat manusia.
Mengingatkan diriku kepada teori Yin-yang (yang bukan kamsut). Bahwa setiap entiti di dunia ini, pasti memiliki energi berlawanan yang seimbang.
Di balik keindahan ada noda hitam, dan setiap keburukan pasti memiliki cahaya. Nah, pola pikir itu sepertinya yang telah merasuki Kompasianer yang satu ini. Luar biasanya, ia mampu menerjemahkannya dalam bentuk hasil jepretan. Dan akhir-akhir ini, dalam bentuk tulisan.
Bagaimana dengan Kamasutra Acek Rudy? Ah, dirinya hanya ganas di Kompasiana saja, bukanlah di tempat tidur.
Jadi, yang dimaksud dengan Kamasutra di sini adalah eksotisme karya seni. Bisa juga berarti melihat bentuk dari sisi estetika. Sebagaimana diri Acek melihat semua wanita cantik adanya. Tidak ada yang jelek. Eh...
Bagi Acek estetika adalah persetubuhan literasi, Jadi, sejiwa dah.
Pembicaraan berlangsung dengan hangat, banyak hal yang kami ungkapkan Bersama. Terutama tentang hobi menulis yang telah mempertemukan kita berdua.
Banyak pula gosip-gosip tidak jelas. Tapi, jangan khwatir. Kami tidak memperbincangkan para Kompasianer. Lebih banyak kepada admin saja sih, Eh...
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H