Sebagai seorang tur leader, Tonny harus mengakomodisir keinginan para traveller yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki interest yang tidak sama. Begitu pula dalam sebuah perjalanan wisata. Ada yang suka mendaki gunung, tapi ada yang keinginan shoppingnya tak terbendung.
Tonny terbiasa untuk melihat keindahan dari setiap keunikan. Baginya, semuanya indah adanya. Bukan karena Tonny tidak memiliki prinsip atau tendensi, tapi ia telah belajar untuk melihat keindahan dari berbagai keragaman umat manusia.
Mengingatkan diriku kepada teori Yin-yang (yang bukan kamsut). Bahwa setiap entiti di dunia ini, pasti memiliki energi berlawanan yang seimbang.
Di balik keindahan ada noda hitam, dan setiap keburukan pasti memiliki cahaya. Nah, pola pikir itu sepertinya yang telah merasuki Kompasianer yang satu ini. Luar biasanya, ia mampu menerjemahkannya dalam bentuk hasil jepretan. Dan akhir-akhir ini, dalam bentuk tulisan.
Bagaimana dengan Kamasutra Acek Rudy? Ah, dirinya hanya ganas di Kompasiana saja, bukanlah di tempat tidur.
Jadi, yang dimaksud dengan Kamasutra di sini adalah eksotisme karya seni. Bisa juga berarti melihat bentuk dari sisi estetika. Sebagaimana diri Acek melihat semua wanita cantik adanya. Tidak ada yang jelek. Eh...
Bagi Acek estetika adalah persetubuhan literasi, Jadi, sejiwa dah.
Pembicaraan berlangsung dengan hangat, banyak hal yang kami ungkapkan Bersama. Terutama tentang hobi menulis yang telah mempertemukan kita berdua.
Banyak pula gosip-gosip tidak jelas. Tapi, jangan khwatir. Kami tidak memperbincangkan para Kompasianer. Lebih banyak kepada admin saja sih, Eh...
**
Acek Rudy for Kompasiana