Kendati besama dalam satu sarang selama berbulan-bulan lamanya, mereka tidak tergoda untuk langsung kawin. Alias tidak berzinah sebelum waktunya. Semuanya demi sebuah perkawinan yang sakral.
Setelah sarang selesai dibangun, di sanalah rumah impian mereka. Kawin, dan memiliki keturunan.
Yang lebih mencengangkan lagi, burung walet tidak menganut paham poligami. Pasangannya hanya satu, setia hingga akhir. Si Jantan tidak pernah nyungsep ke sarang tetangga, si betina tidak pernah bertelur lebih dari dua kali.
Sekali bertelur pun hanya dua butir. Tidak pernah 1 atau 3, apalagi 4 dan seterusnya. Ajaibnya lagi, dua telur yang menetas pasti menghasilkan satu jantan dan satu betina. Betapa luar biasanya ciptaan Tuhan yang satu ini.
Wasana Kata
Jadi, bisakah Anda bayangkan. Atas nama kesehatan dan kecantikan, rumah yang susah payah dibangun lantas diambil begitu saja?
Mungkin manusia memang begitu. Kesehatan itu perlu, kecantikan itu menawan. Namun, merampok sarang burung walet memang keterlaluan. Tidak heran jika manusia bergelar mahluk serakah.
Tapi, jangan pikir demikian. Mungkin saja jika kamu, kamu, kamu, dan termasuk saya yang (mungkin) sudah menikmati manfaat atau (mungkin) sudah terjun ke dalam bisnis sarang burung walet, segala empati akan hilang begitu saja.
Karena pada dasarnya, kita semua manusia adalah mahluk serakah. Yauda. Titik, jangan dikomentari lagi! Tanpa kita sadari, kita telah kehilangan hewan kesayangan ciptaan Tuhan yang begitu mulianya.
SalamAngka