Siapakah Sjarifudin Prawiranegara?
Beliau adalah seporang cendekiawan muslim yang memiliki jiwa patriotisme. Sedari kecil ia selalu ingin menjadi "orang besar." Oleh sebab itu ia pun menempuh pendidikan pada Sekolah Tinggi Hukum Batavia.
Cita-citanya menjadi "orang besar" mungkin terpengaruh oleh darah patriotik yang mengalir di tubuhnya. Buyutnya adalah Sutan Alam Intan, keturunan Raja Pagaruyung di Sumatera Barat yang dibuang ke Banten karena terlibat Perang Padri.
Sjarifudin muda tidak tertarik dengan politik. Sewaktu ia bersekolah, ia tidak terlibat dalam organisasi politik sebagaimana teman-temannya yang lain. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat nasionalismenya yang ia dapatkan dari bacaan di koran dan buku-buku.
Sjarifuddin cinta tanah air. Ia menolak gagasan Belanda yang ingin menjadi penguasa di tanah airnya. Sebaliknya, ia memiliki sebuah mimpi yang indah. Kelak posisi orang Indonesia akan setara dengan bangsa lain di dunia modern.
Karir Sjarifuddin cukup mencengangkan. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan, Menteri Kemakmuran, Wakil Perdana Menteri, dan Gubernur BI.
Sjarifuddin juga dikenal sebagai orang yang mengusulkan agar Indonesia memiliki uangnya sendiri, yakni ORI (Oeang Republik Indonesia) yang kita kenal dengan Rupiah di masa kini.
Mr. Assaat Presiden RI pada Masa RIS
Lain lagi kisah Mr. Assaat. Ia didaulat menjadi pejabat (acting) Presiden RI dari tanggal 27 Desember 1949 hingga 15 Agustus 1950. Saat itu, Soekarno baru saja ditunjuk menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS).
Kendati demikian, penunjukan tersebut hanya jembatan agar Soekarno dan Hatta bisa diberhentikan untuk kemudian dilantik menjadi Presiden RIS. Sekaligus penyerahan kedaulatan RI kepada RIS.
Selama RIS masih berproses, pemerintahan sementara tetap dijalankan dalam bentuk negara RI. Mr. Assaat berkedudukan di Yogyakarta dan menjalankan tugas negara dari sana.