Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ragam Alasan Politik di Ujung Pandang, Makassar Tetap Terbaik

14 November 2021   05:31 Diperbarui: 14 November 2021   07:11 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ragam Alasan Politik di Ujung Pandang, Makassar Tetap Terbaik (sumber gambar: medium.com)

Sosok itu lantas menjabat tangan dan menuliskan sesuatu pada telapak tangan baginda raja. Ia berpesan kepada sang raja. "Tunjukkan tulisan ini pada seorang lelaki yang sebentar lagi akan merapat ke pantai." Setelah berkata, sosok misterius itu lantas menghilang.

Saat itu sang Baginda kebetulan sedang berada di tepi pantai Tallo. Lelaki yang dimaksud oleh sosok bercahaya itu adalah Abdul Ma'mur Khatib Tunggal yang juga dikenal dengan nama Dato' ri Bandang. Ia berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat.

Setelah sang baginda memperlihatkan tulisan pada telapak tangannya kepada Dato' ri Bandang, ternyata itu adalah kalimat Syahadat.

Berdasarkan sumber 1, baginda raja meyakini jika sosok bercahaya yang datang padanya adalah Nabi Muhammad SAW. Kisah ini menjadi dasar asal-usul terciptanya nama Makassar. Ia berasal dari kalimat "Akkasari Nabiyya" yang artinya "Nabi Menampakkan Diri."

Kata Makassar berasal dari kata Mangkasarak. Dalam bahasa Makassar, artinya mulia, jujur, apa adanya. Hal ini tersirat pada sifat orang Makassar yang "mending berterus terang meskipun pahit rasanya."

Lantas Mengapa Berubah Menjadi Ujung Pandang?

Pergantian nama Makassar menjadi Ujung Pandang lebih karena alasan politik Banyak yang nyinyir, kalau Kotanya Makassar, bagaimana dengan suku Bugis, Toraja, Mandar, yang juga tinggal di sana.

Kala itu kota Makassar sudah jauh berkembang. Menjadi pusat perdagangan dengan pelabuhannya yang sigap. Akhirnya, pemekaran pun terjadi.

Dari luas yang semulanya hanya 21km2, menjadi 115km2. Wilayah yang "diambil" termasuk tiga kabupaten, yakni Maros, Gowa, dan Pangkajene Kepulauan.

Nah, keputusan negara ini tidak serta merta disetujui oleh kepala-kepala daerah yang wilayahnya dicomot. Bupati Gowa dan Maros dengan kerasnya menentang.

Syahdan, Walikota Makassar yang legendaris H.M. Daeng Patompo lantas memberikan "kompensasi." Agar tidak ada yang merasa "kalah," nama Makassar pun diganti dengan Ujung Pandang pada tanggal 31 Agustus 1971.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun