Saya lahir di Ujung Pandang, sebuah kota di Sulawesi Selatan. Meskipun sekarang sudah tidak ada di peta, tapi masih tertulis pada akte kelahiranku.
Sekarang kota tersebut bernama Makassar. Kagok? Tidak. Bahkan ketika nama tersebut pertama kali digunakan kembali pada tahun 2000, banyak orang-orang tua yang sudah terbiasa.
**
Nama Ujung Pandang hanya bertahan selama seperempat abad saja. Dibandingkan dengan nama Makassar yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Tercatat pula dalam Kitab Negarakertagama Karya Mpu Prapanca pada abad ke-14. Disebutkan jika Makassar adalah daerah taklukan Kerajaan Majapahit.
Kejayaan kota ini dimulai dari inisiatif Raja Gowa ke-9, bernama Tumaparisi Kallona (1510-1546). Di bawah kekuasaannya, pusat kerajaan yang dulunya di pedalaman, lantas berpindah ke tepi pantai.
Ia mendirikan benteng di muara sungai Jeneberang dan menugaskan seorang syahbandar untuk mengatur alur perdagangan yang mulai ramai. Sejak lama kota Makassar telah mengenal kerukunan multi etnis. Tempat yang indah dengan segala keramahannya.
Pada abad ke-16, kemajuan berpikir penguasa Kerajaan Gowa menempatkan Makassar sebagai salah satu kota teramai di Kawasan Asia Tenggara. perdagangan bebas menjadi kunci ketenaran kota.
Itulah mengapa terjadi pertempuran antara Kerajaan Gowa dan VOC. Sebabnya penjajah itu mau memonopoli perdagangan di wilayah ini. Sultan Hasanuddin dikenal dengan perjuangannya, meskipun pada akhirnya harus menyerah paksa di bawah perjanjian Bungaya.
Lantas Dari Mana Nama Makassar Berasal?
Kisah bermula dari legenda yang sakral. Konon suatu pagi di tahun 1605, Baginda Raja Tallo ke-VI, didatangi seorang lelaki berjubah putih dan berserban hijau. Wajah dan tubuhnya memancarkan sinar terang.