Sosok itu lantas menjabat tangan dan menuliskan sesuatu pada telapak tangan baginda raja. Ia berpesan kepada sang raja. "Tunjukkan tulisan ini pada seorang lelaki yang sebentar lagi akan merapat ke pantai." Setelah berkata, sosok misterius itu lantas menghilang.
Saat itu sang Baginda kebetulan sedang berada di tepi pantai Tallo. Lelaki yang dimaksud oleh sosok bercahaya itu adalah Abdul Ma'mur Khatib Tunggal yang juga dikenal dengan nama Dato' ri Bandang. Ia berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat.
Setelah sang baginda memperlihatkan tulisan pada telapak tangannya kepada Dato' ri Bandang, ternyata itu adalah kalimat Syahadat.
Berdasarkan sumber 1, baginda raja meyakini jika sosok bercahaya yang datang padanya adalah Nabi Muhammad SAW. Kisah ini menjadi dasar asal-usul terciptanya nama Makassar. Ia berasal dari kalimat "Akkasari Nabiyya" yang artinya "Nabi Menampakkan Diri."
Kata Makassar berasal dari kata Mangkasarak. Dalam bahasa Makassar, artinya mulia, jujur, apa adanya. Hal ini tersirat pada sifat orang Makassar yang "mending berterus terang meskipun pahit rasanya."
Lantas Mengapa Berubah Menjadi Ujung Pandang?
Pergantian nama Makassar menjadi Ujung Pandang lebih karena alasan politik Banyak yang nyinyir, kalau Kotanya Makassar, bagaimana dengan suku Bugis, Toraja, Mandar, yang juga tinggal di sana.
Kala itu kota Makassar sudah jauh berkembang. Menjadi pusat perdagangan dengan pelabuhannya yang sigap. Akhirnya, pemekaran pun terjadi.
Dari luas yang semulanya hanya 21km2, menjadi 115km2. Wilayah yang "diambil" termasuk tiga kabupaten, yakni Maros, Gowa, dan Pangkajene Kepulauan.
Nah, keputusan negara ini tidak serta merta disetujui oleh kepala-kepala daerah yang wilayahnya dicomot. Bupati Gowa dan Maros dengan kerasnya menentang.
Syahdan, Walikota Makassar yang legendaris H.M. Daeng Patompo lantas memberikan "kompensasi." Agar tidak ada yang merasa "kalah," nama Makassar pun diganti dengan Ujung Pandang pada tanggal 31 Agustus 1971.