Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Madam Ten Percent," Benarkah Semua Tudingan kepada Ibu Tien di Era Soeharto?

24 September 2021   15:30 Diperbarui: 24 September 2021   15:31 2362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: nobodycorpfound.wordpress.com

Soeharto pun dijodohkan oleh bibinya, dan pilihan jatuh kepada Ibu Tien, cinta pertama Soeharto. Mereka kemudian menikah pada tanggal 26 Desember 1947 dalam prosesi yang sangat sederhana, tanpa dokumentasi, dan dilakukan dalam keheningan.

**

Minggu, 28 April 1996, sekitar pukul 04.00 WIB. Soeharto tampak terpukul. Ia memeluk Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Pertamina, dokter Satyanegara.

"Piye to, ko kora iso ditulung... (bagaimana, kenapa tidak bisa ditolong)" ujar Pak Harto mengusap setetes air mata dengan sapu tangan. (Pak Harto: The Untold Stories).

Kepergian Ibu Tien memang memberikan dampak yang luar biasa bagi Soeharto. Bukan hanya dari sisi psikologis, tapi juga kinerja.

Tidak heran banyak yang mengatakan jika kesaktian Soeharto sebenarnya berasal dari istrinya. Bisa saja asumsi itu bukanlah mitos.

Sebelum wafat pada 1996, Ibu Tien sudah menyampaikan keinginan terakhirnya. Mien Sugandhi, Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (1993-1998), mengisahkan penuturan Ibu Tien.

Dalam sebuah acara Golkar, Ibu Tien berkata kepadanya, "Tolong sampaikan kepada (nama salah satu petinggi Golkar), agar Pak Harto jangan menjadi presiden legi. Sudah cukup, beliau sudah tua."

Sekali lagi, sejarah mencatat jika keinginan Ibu Tien itu tidak dipenuhi oleh Soeharto. Sidang Umum MPR 1998 memilih Soeharto menjadi presiden lagi. Dan beberapa bulan kemudian, ia pun lengser.

 

Referensi: 1 2 3 4 5 6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun