Tanggal 28 April 1996 adalah hari wafatnya Ibu Tien Soeharto. Kepergian Ibu Negara ini sungguh mengejutkan. Terjadi secara tiba-tiba, sehingga menimbulkan banyak spekulasi.
Ketika dua tahun kemudian Soeharto lengser dari jabatannya, banyak pula yang berbisik jika Soeharto telah kehilangan kesaktiannya setelah ditinggalkan Ibu Tien.
Semasa hidup, Ibu Tien Soeharto memang tidak bisa lepas dari sosok presiden Ke-2 RI ini. Disebut sebagai pembisik Soeharto hingga berjulukan Madam Ten Percent (Plesetan dari 10% upeti).
**
Jenderal (Purn) Roedini (almarhum) saat itu benar-benar tidak tahu untuk apa dirinya dipanggil panglima, Jenderal M. Yusuf. Betapa terkejut dirinya ketika tahu bahwa ia telah terpilih menjadi Kasad.
Di zaman orde baru, siapa pun tahu, "atas perintah presiden" menjadi jargon yang paling sakral. Lantas apakah dibalik "perintah" tersebut, ada keinginan Ibu Tien?
Letjen (Purn) Prabowo Subianto mengisahkan bahwa kabar rencana pergantian Kasad saat itu juga didengar oleh Ibu Tien. Ternyata, beliau memiliki jagoannya sendiri. Ia adalah Mayjen Dading Kalbuadi, yang menjabat sebagai Pangdam Udayana kala itu.
Keinginan tersebut disampaikan oleh Ibu Tien dalam sebuah acara makan malam di Cendana.
"[...] lha, sing apik iku, Pak Dading. Tinggi, gagah, dan ganteng. Cocok itu jadi Kasad,"Â Pungkas Ibu Tien yang ditiru Prabowo.
Ternyata Pak Harto tidak menanggapi. Ia hanya senyum-senyum saja.