Dalam situasi tersudut, Eightball berhasil mengidentifikasi sosok lawan yang dihadapinya. Ia menyerang Nadja dengan sinar UV dan mengambil sampel darah Nadja.
Eightball kemudian menyuntikkan darah Nadja pada tubuhnya dan berubah menjadi lawan berat. Eightball lantas menyerang seluruh penumpang dengan membabi buta.
Hanya segelintir orang yang berhasil selamat, termasuk Elias dan Farid yang berhasil mengunci diri di ruang kokpit. Sementara Nadja berjuang sendiri melawan vampir yang haus darah.
Bagaimana akhir dari cerita? Apakah pesawat berhasil diselamatkan? Apakah Nadja akhirnya bisa disembuhkan?
Tentu saja menarik. Berbagai plot dan twist datang secara perlahan membuat alur kisah selama 121 menit terasa begitu cepat berlalu.
Kekejaman vs Kebaikan
Salah satu yang membuat film ini menarik karena ada beberapa plot dengan rasa yang sangat berbeda. Sejak menit-menit pertama, aksi brutal berdarah-darah telah disuguhkan. Pembunuhan sadis dibuat dengan begitu gamang dan mampu membuat penonton berteriak histeris.
Namun plot yang apik juga bisa membuat para penonton termehek-mehek. Terutama pada beberapa adegan mengharukan antara Elias yang diperankan apik oleh Carl Anton Kohl dengan Nadja ibunya (Peri Baumeister).
Kekuatan Karakter Pemeran
Layaknya sebuah film yang layak tonton, tokoh utama dalam film seharusnya memiliki karakter yang kuat. Dalam film ini, kredit bisa diberikan kepada Alexander Scheer yang berperan sebagai Eightball sang pembajak psycho.
Scheer berhasil mengobok-ngobok perasaan penonton dengan aksinya yang emosian dan tidak segan-segan membunuh. Bukan hanya para sandera, kawanan pembajak lainnya juga ia buat kerepotan.
Twist
Kejutan berlangsung apik. Terutama pada 30 menit pertama. Awalnya penonton akan terkecoh dengan mengira jika film ini hanyalah sebuah film drama pembajakan yang berfokus pada karakter ibu dan anak.
Nyatanya, Peter Thorwarth sang sutradara berhasil membuat kejutan yang menyenangkan dengan mengubah alur cerita menjadi genre horor zombie. Sejujurnya, bagian ini adalah yang terbaik.