Ini adalah buku sakti peninggalan nenek. Semasa ia hidup, buku ini laksana tongkat kekuasaan baginya. Kemana pun ia pergi buku ini akan selalu dipegangnya.
Pada saat santai, ia selalu duduk di kursi singasananya. Membaca buku ini berulang-ulang kali. Tidak pernah bosan! Terus memberikan nasihat kepada anak cucunya tentang apa yang bisa dan tidak bisa selalu.
Setiap tahun buku ini selalu diganti, kendati sampulnya kelihatan sama, tapi isinya sebagian besar berbeda. Buku ini bukanlah kitab suci agama tertentu. Bukan pula buku tafsir mimpi.
Artinya lebih sangar; Kitab Maha Tahu.
Namanya adalah Tong Shu (mandarin). Dialek berbeda adalah Tong Sheng, Tung Shing, atau Tung Shu.Â
Disebut maha tahu karena hampir semua pertanyaan misterius tentang waktu ada jawabannya. Tanggal baik untuk pernikahan, melahirkan, menguburkan, membuka usaha, masuk rumah baru, hingga melakukan perjalanan. Semuanya ada di sana.
Kalau kamu pernah dengar tentang ilmu metafisika China Kuno, kamu pasti pasti tahu jika semuanya merupakan ilmu rumit yang bercabang-cabang. Tapi, di buku maha tahu ini, semuanya terangkum jelas.
Ilmu Fengshui, membaca wajah, garis tangan, astronomi (shio), I-ching, numerologi china, dan lain sebagainya. Singkatnya; ilmu palugada bagi para praktisi metafisika China Kuno.
Hebatnya lagi, buku ini juga bisa dibaca oleh kaum awam, selama ia mengerti bahasa mandarin. Semua petunjuk dibuat secara singkat dan jelas. Lengkap dengan keterangannya.
Banyak pula kisah teologi Dewa-Dewi berisikan petuah dan moral. Mengajarkan pembacanya untuk selalu ingat untuk akan nilai etika dalam kehidupan.
Mau yang lebih rumit lagi? Ada juga puisi-puisi terkenal ciptaan sastrawan China Kuno. Sebagian hanya enak didengarkan, sebagian lagi mengandung arti filosofis yang luas, sebagian lagi bisa dijadikan mantra! Luar biasa!
Primbom? Tidak perlu beli lagi. Buku maha tahu ini juga punya tafsir mimpi. Semuanya tertera jelas beserta ramalannya.
Kalau sakit-sakit ringan tidak perlu ke dokter. Ada resep obat China sederhana yang siap diramu. Kalau sakit sudah berat, baru disarankan ke dokter.
Tapi, jika dokter tidak bisa menyembuhkan, maka kembalilah kepada buku maha tahu ini. Tersebab di dalamnya ada jimat penolak bala. Sila mengikuti bentuk aksara kuno yang tertera dan tempelkan di atas pintu rumah, penyakit akan beres.
Buku maha tahu ini juga berisikan pesan moyang. Tentang apa yang bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan. Tujuannya untuk mencegah pamalik.
Sejarah Thong Su
Buku ini memiliki sejarahnya yang panjang. Ia telah ada sejak 4300 tahun yang lalu.
Adalah Kaisar Yao (2356-2255 SM) yang memerintahkan para cendekiawannya untuk mencatat pergerakan benda-benda langit. Tujuannya agar bisa mendapatkan catatan tentang waktu.
Jadi, bisa dikatakan bahwa bentuk awal dari Thong Su ini tiada bedanya dengan almanak imlek yang kita kenal sekarang.
Kisah pun berlanjut pada era Dinasti Qin (221-206 SM), informasi tambahan disertakan, isinya tentang pengkategorian musim. Bisa menjadi panduan bagi para petani untuk mendapatkan hasil panen yang berlimpah.
Lalu pada era Dinasti Han (25-220 M), perubahan besar-besaran pun terjadi seiring dengn berkembangnya pengetahuan filsafat.
Teori Yin-yang dan unsur 5 elemen besutan para pemikir Tao pun datang melengkapi. Proses ini terus menerus dikembangkan kendati pergantian kekuasan berlangsung.
Tujuh ratus tahun kemudian, pada masa Dinasti Song (960-1279 M), konsep almanak ini sudah semakin muktahir. Perbaikan terus dilakukan melalui pengamatan berabad-abad. Buku ini sudah berubah menjadi panduan tentang waktu-waktu baik dan kurang baik untuk aktivitas tertentu.
Kaum penguasa dan para pemikir secara konsisten berkontribusi untuk memperbaiki isi dari buku ini. Dan seiring waktu berjalan, buku ini terus menerus diperbaiki.
Itulah mengapa bentuk Thong Su yang kita kenal sekarang telah menyerupai semacam ensiklopedia pemikiran para sastrawan dan filsuf China Kuno.
Thong Su di Zaman Modern
Hingga kini buku ini masih menjadi salah satu yang terlaris (best seller). Khususnya pada negara Asia Timur dan Tenggara yang didominasi oleh warga keturunan Tionghoa.
Salah satu yang paling terkenal adalah terbitan keluarga Chai dari Hong Kong. Keluarga ini terkenal sebagai pembuat Thong Su selama 6 generasi. Dimulai sejak buyutnya dari era kerajaan Dinasti Qing akhir (1800an).
Pada setiap tahun, buku ini bisa laris terjual hingga satu juta eksemplar. Bukan hanya di Hong Kong, tapi juga diekspor ke negara Asia Tenggara, Amerika, Australia, dan Eropa.
Di Indonesia sendiri ada beberapa versi. Ada yang tipis bagi para pembaca dadakan, adapula yang tebal bagi pembaca serius. Toko-toko buku lokal sudah mulai menjualnya, begitu pula di toko Online. Harga yang dibanderol bervariasi. Berkisar dari 150.000 hingga 450.000 rupiah.
Lucunya, kebanyakan konsumennya adalah para Diaspora China. Sementara di China daratan sendiri, buku ini tidak terlalu populer.
Yang menarik, ternyata penerbit Thong Su bukan hanya satu orang saja. Terdapat beberapa teori yang berbeda. Taiwan termasuk negara yang menelurkan sistem Thong Su nya sendiri.
Bagi sebagian pengamat hal ini sah-sah saja, karena setiap keluarga tentu memiliki "resep" tersendiri dalam mengartikan metafisika.
Mengapa berbeda?
Karena metode perhitungan yang diadopsi juga berbeda. Terkait dengan budaya Tionghoa kuno yang panjang, banyaknya para pemikir ahli metafisika, dan budaya Tiongkok Kuno yang beragam.
Tidak semua orang memercayainya. Apalagi di zaman modern seperti ini. Tapi, buku ini bisa bertahan karena tradisi dan budaya Tionghoa kuno yang masih bertahan hingga kini.
Ramal meramal hanya salah satunya, ia bisa terkikis oleh waktu. Namun, adab, etika, dan moralitas akan selalu ada.
Buku Thong Su juga mengandung pelajaran budi pekerti yang sangat kuat. Ia hanya "kebetulan" saja digandengkan dengan sistem ramalan.
Secara umum, masyarakat Tionghoa meyakini bahwa takdir seseorang telah dihubungkan dengan karma masa lalu. Sehingga, masa depan adalah sesuatu yang prediktif.
Akan tetapi, nasib bisa berubah. Caranya adalah dengan berbuat banyak kebajikan. Alam telah menyediakan tanda-tanda Ilahi. Menjadi petunjuk bagi umat manusia untuk berjalan ke arah yang benar.
Buku maha tahu ini semacam sebuah petunjuk agar seseorang bisa terhindar dari kemalangan.
Mau yang lebih ekstrim lagi?
Sebagian masyarakat Tionghoa menganggap jika buku ini bisa membawa keberuntungan dalam rumah. Jika digantung atau disimpan di depan pintu rumah, maka Dewa Kekayaan (Chai Sen Ye) akan datang mengunjungi dan membagikan rezeki bagi pemilik rumah.
Hingga kini buku ini semacam wajib berada di rumah. Papa sudah menjadi pengganti nenek dalam menafsirkannya. Entah apa yang terjadi pada generasi-generasi berikutnya.
Saya sendiri hanya bisa berbahasa Mandarin, tapi buta aksara. Anak-anak saya lebih parah lagi. Bahasa Tionghoanya macet di tengah jalan.
Mungkin karena ini adalah bagian dari budaya, maka saya tetap akan membelinya setiap tahun. Paling tidak bisa dijadikan jimat keberuntungan dalam rumah.
Referensi: 1Â
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H