Dan, pesannya sampai ke warga segawai.
Fotonya bersama para pejabat, senantiasa menjadi nasehat bagi penghuni gawai bersama. Isinya; "Gue aja bisa, Loe bisa apa?" Kira-kira gitulah.
Hingga suatu hari pada tahun 2019. Kota Makassar dilanda kehebohan. Wajah-wajah asing-manis mulai terpajang di sepanjang jalan. Namanya; Baliho...
Suyanto kalah telak. Fotonya hanya seputaran toko dan medsos bersama. Sementara baliho ada di seantero kota Makassar.
Seorang kawan yang cengengesan pun bertanya padanya, "Eh lu, jago kendang doang!"
Suyanto yang berapi-api tentu cinta Indonesia. Ia sadar jika belum menjadi wakil rakyat, aspirasinya belumlah bisa disalurkan; "Gue aja bisa, Loe bisa apa?" Kira-kira gitulah.
Untuk itu, mendaftar di parpol adalah jalan satu-satunya. Lobi pun dibuka. Dari bintang merci hingga kepala banteng, semua didatanginya. Pohon beringin enak berteduh, tapi elang juga perkasa.
Suyanto mengaku jika ia telah menjadi rebutan parpol. Terkait wajahnya yang ganteng dan multi talenta. Tak lupa, foto dirinya yang selalu dikirim ke grup bersama.
"Gue aja bisa, Loe bisa apa?" Kira-kira gitulah.
Suatu waktu, seorang milenial pernah bertanya padanya. "Om, kenapa tidak buat medsos saja? Kan lebih efisien?"
Jelas Suyanto marah. Medsos buat jualan dan pamer doang. Begitu katanya. Toko kelontongnya omzet sudah miliaran. Lagi pula ia tidak suka pamer. Hanya suka eksis.